KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mengawal transformasi digital yang dilakukan perbankan sekaligus mengarahkan dan memfasilitasi percepatan transformasi tersebut. Kondisi digitalisasi dan pencapaian transformasi digital perbankan akan diukur dengan menggunakan metode penilaian Digital Maturity Assessment for Bank (DMAB). Metode ini akan mengevaluasi tingkat kematangan digital perbankan dalam enam dimensi yakni data, teknologi, manajemen risiko, kolaborasi, tatanan institusi, dan
customer. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mengaku sebelum DMAB yang tercantum dalam cetak biru transformasi digital diluncurkan pada 26 Oktober 2021 lalu, perseroan melakukan penilaian tingkat kematangan digital menggunakan Framework Digital Quotient (DQ).
Penilaian itu telah dilakukan pada tahun 2017 dan 2020. "Digital Quotient mengukur aspek
strategy, culture, organization dan
capability yang dilakukan baik di Bank BRI maupun anak perusahaan," kata Indra Utoyo Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI pada Kontan.co.id, Rabu (4/11).
Baca Juga: Tingkatkan tata kelola portofolio keuangan, IFG gandeng bank BUMN Sementara asesmen secara spesifik menggunakan DMAB belum dilakukan karena cetak biru transformasi digital baru diterbitkan. Indra mengatakan, transformasi digital sudah dimulai BRI sejak tahun 2017 dengan berinvestasi pada lima kapabilitas inti. Pertama, pola pikir
customer centric. BRI memiliki program untuk mempersiapkan
digital leaders dan manajer produk dengan
customer experience sebagai misi penting sehingga perseroan dapat merespons dengan cepat dan tepat apa kebutuhan nasabah. Kedua, Open Innovation Ecosystems. Indra bilang, BRI meningkatkan kemampuan
Open Banking dengan melakukan kolaborasi yang masif melalui BRI API. Lewat itu, perseroan dapat melakukan kolaborasi dengan berbagai ekosistem digital seperti
fintech, ride hailing, e-commerce dan lain-lain. Ketiga, teknologi yang terukur dan terjamin. Dalam hal ini, BRI melakukan transformasi teknologi informasi existing di sisi infrastruktur teknologi, modernisasi di sisi
back-end, mengadopsi arsitektur
microservices dan berbagai solusi
front-end berbasis digital untuk dapat terus relevan dan menjawab tantangan-tantangan bisnis di era digital. Keempat, Agile Governance. Kecepatan dan stabilitas diperlukan BRI untuk menjawab tantangan yang ada, oleh sebab itu BRI mengadopsi model-model tata kelola baru yang lebih gesit dan kolaboratif namun tetap handal dan berkualitas dalam bentuk tim yang tangkas yang didukung oleh
tools kolaborasi DevSecOps.
Baca Juga: Bank Mandiri penuhi aspek kematangan digital lewat Livin'by Mandiri Kelima, Excel Data Driven Organization. Mengingat digital merupakan data, BRI fokus untuk meningkatkan kemampuan Data Analytic, Artificial Intelligence (BRIBRAIN) yang diharapkan BRI lebih baik dan efisien dalam mengelola risiko serta mengambil keputusan bisnis lebih tepat dan cepat berbasis Data. Ke depan, kata Indra, Ketepatan dalam mengeksekusi setiap rencana dengan tangkas sesuai jadwal dan target bisnis adalah kunci untuk penciptaan nilai secara berkelanjutan dan mencapai kematangan digital yang optimal. "Pasalnya, Bank BRI telah memiliki perencanaan yang sejalan dengan semua aspek dalam DMAB," pungkas Indra.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi