KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Mempersiapkan rencana keuangan dan investasi juga diperlukan saat bulan Ramadan. Dengan pengelolaan keuangan dan strategi investasi yang sesuai, maka dapat memanfaatkan secara bijak pengeluaran yang biasanya tinggi saat bulan suci. Co-CEO Reku Jesse Choi memandang bahwa Ramadan identik dengan pengeluaran yang meningkat. Sehingga, alangkah lebih baik jika masyarakat tetap memperhatikan alokasi keuangan yang sehat termasuk untuk berinvestasi. Jesse bilang, menyusun rencana keuangan sangat diperlukan agar menghindari pengeluaran bersifat impulsif, seperti diskon belanja yang kerap menggiurkan. Dengan begitu, masyarakat diharapkan tetap bisa berinvestasi di tengah potensi meningkatnya pengeluaran saat Ramadan.
Lebih dari itu, mendiversifikasikan aset investasi ke sejumlah instrumen juga dapat menjadi strategi untuk mengoptimalkan prospek di berbagai kelas aset dan mengimbangi risiko investasi. Apalagi, Jesse melihat optimisme terhadap iklim investasi di kelas aset global maupun Indonesia saat Ramadan tahun ini. Misalnya pada aset global seperti kripto, Bitcoin (BTC) tengah berada di tren
bullish hingga sempat mencetak harga tertinggi alias All-Time-High (ATH). Selain itu, Bitcoin Halving juga mendapatkan antusiasme besar dari investor.
Baca Juga: Nilai Transaksi Naik, Investor Kripto di Indonesia Tembus 19 Juta Per Februari 2024 Saham Amerika Serikat (AS) juga terpantau positif melalui Indeks S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average yang baru-baru ini mencatat rekor tertinggi. Sementara di kelas aset Indonesia, pasar saham di sejumlah sektor dipercaya melaju positif pada Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri. “Oleh karena itu, investor perlu mengoptimalkan kondisi tersebut dengan tetap mengalokasikan investasi dan melakukan diversifikasi,” ungkap Jesse dalam acara Reku Finance Flash, Kamis (14/3). Co-Founder Komunitas BitcoinIndo21 dan Bitcoin Indonesia Dimas Surya Alfaruq menilai, pasar kripto akan menghijau saat Bitcoin Halving, yang jatuh pada bulan April mendatang atau bertepatan dengan momen Ramadan dan Lebaran Idul Fitri. Hal itu karena Bitcoin Halving akan membuat laju pasokan Bitcoin di pasar berkurang, sehingga memungkinkan harga Bitcoin berpotensi naik signifikan. Secara historis, halving Bitcoin di tahun 2013 mencatat peningkatan harga hingga 93,1 kali setara 164 juta. Kemudian Halving di tahun 2017, harga Bitcoin meningkat 30,1 kali yang membuat Bitcoin mencapai level Rp 300 juta. Selanjutnya tahun 2021 meningkat sebesar 7,8 kali, menyentuh All-Time-High (ATH) di angka Rp 939 juta.
Baca Juga: Menata Portofolio di Saat Pasar Berpesta Saat ini pun dapat dikatakan pasar kripto tengah berada di fase
bullish, terlihat pada harga-harga yang cenderung stabil. Selain itu, permintaan terhadap Bitcoin juga terus meningkat sejak adanya Bitcoin ETF di awal Januari 2024, sebanyak 10 kali dari produksi harian Bitcoin saat ini (900 Bitcoin/hari). Dimas menjelaskan, ketika terjadi Bitcoin Halving namun permintaan (
demand) ini tetap meningkat di saat suplai (supply) berkurang menjadi 450 Bitcoin/hari, maka ada potensi kenaikan yang signifikan di kemudian hari. Oleh karena itu, investor perlu mempersiapkan strategi trading dan investasinya agar dapat memanfaatkan situasi pasar dengan baik. “Investor dapat menabung rutin atau Dollar Cost Averaging (DCA) dan diversifikasi di sejumlah aset kripto. Karena Halving Bitcoin juga berpotensi mempengaruhi naiknya harga aset-aset kripto lainnya,” ungkap Dimas. Co-Founder CCA Financial Planner Adrian Wiharjo menyarankan investor untuk menerapkan sebuah prinsip yaitu
delayed gratification agar lebih bijak memanfaatkan pengeluaran saat bulan Ramadan dan Lebaran. Singkatnya,
delayed gratification merupakan aktivitas menunda
reward di masa sekarang untuk mendapatkan
reward yang lebih besar di masa depan.
Baca Juga: Koin Alternatif Ikut Terangkat Kenaikan Harga Bitcoin Dengan kata lain, masyarakat seharusnya memanfaatkan lonjakan harga aset kripto saat ini dengan mengalokasikan dana ke aset digital tersebut guna dapatkan reward yang lebih besar di masa mendatang. Bukan malah menggunakan dana Tunjangan Hari Raya (THR) untuk memenuhi keinginan sesaat dan bukan berdasarkan kebutuhan. “Dari situ kita belajar bahwa
reward yang lebih besar ada di sana (aset kripto),” jelas Adrian dalam kesempatan yang sama.
Selain pada kripto, aset saham layak dicermati pada bulan puasa dan bisa menjadi opsi diversifikasi. Founder Komunitas Saham Stocknow.id Hendra Wardana menjelaskan, saham di sejumlah sektor seperti logistik, konsumer, dan transportasi memang cenderung meningkat saat periode Ramadan dan Lebaran. Dengan adanya potensi tersebut, investor kripto diharapkan bisa mendiversifikasi asetnya di pasar saham. Begitu juga sebaliknya, investor saham juga bisa mempertimbangkan masuk ke aset kripto untuk menyambut
bullish dan Bitcoin Halving. “Sehingga dapat mendukung investor memanfaatkan momentum positif di sejumlah instrumen dengan lebih optimal,” kata Hendra. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati