Peretas beberkan Sony akan dapat US$ 7 miliar



TOKYO. Unit bisnis hiburan Sony Corporation, Sony Pictures Entertainment (Sony Pictures) dikabarkan akan memperoleh pembiayaan jumbo dari investor strategis asal Timur Tengah. Informasi itu terkuak setelah beredar dokumen dari peretas atau hacker yang membobol jaringan komunikasi internal Sony.

Dalam dokumen itu dijelaskan, investor yang disebut-sebut sebagai seorang pangeran asal Timur Tengah akan menyuntikkan investasi senilai US$ 7 miliar ke Sony. Lebih rinci, sang investor siap menggelontorkan dana hingga US$ 6 miliar bagi industri perfilman Sony Pictures. Sedangkan sisanya sebesar US$ 1 miliar, akan dialokasikan untuk mencaplok sebagian saham Sony.

Seperti diwartakan Bloomberg, Selasa (16/12), dokumen itu meretas isi surat elektronik milik Stefan Litt, Chief Financial Officer Sony Pictures tertanggal 1 November 2014. Sang hacker juga meretas email milik Doug Belgard. President Sony Pictures Entertainment tertanggal 4 November 2014. Dalam surat yang dikirimkan Belgard kepada investor itu, Sony membicarakan besaran bunga utang atas pembiayaan tersebut, meski tidak disebutkan berapa jumlahnya.


Masih berdasarkan temuan sang hacker, kehadiran investor strategis ini sebagian besar merupakan andil dari Peter Cuneo, mantan Chief Executive Officer Marvel Entertainment Inc. Atas isi dokumen tersebut, pihak Sony enggan merespon konfirmasi yang coba diajukan Bloomberg.

Peretas kelas kakap Dalam laporan yang dirilis The Guardian beberapa waktu lalu, kelompok peretas Sony Pictures diidentifikasi bernama Guardian of Peace. Berdasarkan hasil penyelidikan Biro Investigasi Federal Amerika Serikat atau Federal Bureau of Investigation (FBI), Guardian of Peace dinyatakan sebagai penjahat siber kelas kakap.

Aksi Guardian of Peace sukses membobol sekitar 100 terabites data Sony Pictures. Akibat ulah sang hacker, Sony dikabarkan merugi hingga US$ 100 juta.

"Menurut hasil uji coba, sistem yang digunakan Guardian of Peace berhasil menembus 90% sistem pertahanan internet yang digunakan oleh perusahaan swasta dan pemerintah," papar Joseph Demarest, Assistant Director Cyber Division FBI dihadapan Senat AS, seperti ditulis The Guardian.

Para pengamat menyatakan, merupakan pekerjaan yang tidak mudah untuk menangkal aksi kejahatan siber yang dirancang oleh hacker canggih itu. Selain karena para hacker didukung pendanaan yang besar, sistem keamanan perusahaan, seperti Sony Pictures pun dinilai rapuh.        

Editor: Sanny Cicilia