NEW JERSEY. Bagi Anda pengguna kartu kredit, sebaiknya berhati-hati. Kejahatan alat bayar kartu plastik ini kian marak. Tengok saja, di Amerika Serikat (AS). Kejaksaan AS menyatakan, telah memulai penyidikan terhadap lima peretas internasional. Lima orang tersebut diduga telah membobol sistem perbankan di AS. Dugaan sementara, kelima peretas telah mencuri 160 juta nomor kartu kredit. Nilai kerugian ditaksir mencapai US$ 300 juta. Ini menjadi kasus kejahatan cyber terbesar di sepanjang sejarah AS. Perusahaan yang menjadi korban pembobolan di antaranya, Visa Inc, JC Penney Co, JetBlue Airways Corp, dan ritel Prancis, Carrefour SA.Kelima peretas yakni Dmitriy Smilianets, Vladimir Drinkman, Roman Kotov dan Alexandr Kalinin., yang merupakan warga Rusia. Sisanya, Mikhail Rytikov merupakan warga Ukraina. Hingga pekan ini, Kejaksaan AS telah menahan dua peretas. Sisanya masih dalam proses ekstradisi ke AS. Kejaksaan AS sudah mencari jejak para peretas sejak bertahun-tahun lalu. "Kecil kemungkinan ekstradisi berhasil. Di Eropa Timur, hacker dianggap sebagai aset nasional," ujar Tom Kellermann, Wakil Presiden Trend Micro, perusahaan keamanan peranti lunak, Kamis (25/7). Kejaksaan AS membeberkan, para peretas menjual data-data kartu kredit ke pihak tertentu atau reseller. Selanjutnya, reseller menjual data itu ke forum online.
Peretas rusia membobol 160 juta kartu kredit
NEW JERSEY. Bagi Anda pengguna kartu kredit, sebaiknya berhati-hati. Kejahatan alat bayar kartu plastik ini kian marak. Tengok saja, di Amerika Serikat (AS). Kejaksaan AS menyatakan, telah memulai penyidikan terhadap lima peretas internasional. Lima orang tersebut diduga telah membobol sistem perbankan di AS. Dugaan sementara, kelima peretas telah mencuri 160 juta nomor kartu kredit. Nilai kerugian ditaksir mencapai US$ 300 juta. Ini menjadi kasus kejahatan cyber terbesar di sepanjang sejarah AS. Perusahaan yang menjadi korban pembobolan di antaranya, Visa Inc, JC Penney Co, JetBlue Airways Corp, dan ritel Prancis, Carrefour SA.Kelima peretas yakni Dmitriy Smilianets, Vladimir Drinkman, Roman Kotov dan Alexandr Kalinin., yang merupakan warga Rusia. Sisanya, Mikhail Rytikov merupakan warga Ukraina. Hingga pekan ini, Kejaksaan AS telah menahan dua peretas. Sisanya masih dalam proses ekstradisi ke AS. Kejaksaan AS sudah mencari jejak para peretas sejak bertahun-tahun lalu. "Kecil kemungkinan ekstradisi berhasil. Di Eropa Timur, hacker dianggap sebagai aset nasional," ujar Tom Kellermann, Wakil Presiden Trend Micro, perusahaan keamanan peranti lunak, Kamis (25/7). Kejaksaan AS membeberkan, para peretas menjual data-data kartu kredit ke pihak tertentu atau reseller. Selanjutnya, reseller menjual data itu ke forum online.