Performa batubara membaik dalam rentang sempit



JAKARTA. Kenaikan memang terus didulang harga batubara. Hanya saja, rentangnya lebih sempit jika dibandingkan dengan pergerakan harga sepanjang tahun 2016 lalu.

Mengutip Bloomberg, Selasa (17/1) WIB harga batubara kontrak pengiriman Maret 2017 di ICE Futures Exchange terbang 1,58% ke level US$ 83,35 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Harga ini pun tercatat sudah melambung 5,77% dalam sepekan terakhir.

Wahyu Tribowo Laksono, Analis PT Central Capital Futures melihat untuk sementara memang tren harga batubara masih bullish. Permintaan dari Asia memang menjaga harga.


Dilaporkan Vietnam National Coal & Mineral Industries Corp dan Dong Bac Company, kebutuhan batubara untuk pembangkit listrik sepanjang tahun 2017 bisa mencapai 37 juta ton dan hingga 2020 nanti bisa mencapai 88 juta ton. Tidak berhenti di situ, hingga 2025 diprediksi naik menjadi 133 juta ton dan 2030 menyentuh level 178 juta ton.

“Itu kenapa harga masih bisa naik dan peluang tersebut nampaknya bisa berlanjut pada Kamis (19/1) dan bahkan hingga akhir pekan,” tutur Wahyu.

Wahyu menambahkan, terjaganya permintaan global masih jadi tulang punggung pergerakan harga batubara. Lihat saja laporan Australia's Port of Newcastle yang mencatatkan ekspor batubara Desember 2016 naik 17% menjadi 15,9 juta ton. Sejalan dengan catatan Colombian Mining Association bahwa ekspor Kolombia di 2016 naik 10,8% menjadi 88,5 juta ton dibanding tahun 2015 lalu.

“Tapi kalau memandang sampai akhir tahun belum tentu harga akan terus pertahankan tren positif seperti tahun 2016 lalu,” duga Wahyu. Hal ini dengan mempertimbangkan prediksi kenaikan produksi dari beberapa negara produsen seperti Indonesia dan Kolombia.

Perkiraan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, sepanjang tahun 2017 ini, produksi batubara Indonesia bisa naik sekitar 18% menjadi 489 juta ton dibanding tahun 2016 lalu yang hanya 434 juta ton. Sementara Colombian Mining Association memperkirakan tahun 2016 lalu produksi batubara Kolombia berada di sekitar 90 juta ton atau jauh di atas produksi 2015 yang hanya 85,5 juta ton.

"Maka wajar harga terus tarik menarik di sekitar US$ 80 - US$ 90 per metrik ton," ujar Wahyu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie