Performa emas dan obligasi paling yahud



JAKARTA. Sejumlah instrumen investasi menunjukkan performa ciamik sejak awal tahun ini. Emas dan obligasi melesat. Namun prospek saham tetap menarik.

Data Infovesta Utama mencatat kinerja instrumen emas berjangka tercatat naik 17,33% sejak awal tahun hingga 19 April 2016 ke level US$ 1.256 per ons troi. Namun emas batangan PT Aneka Tambang Tbk hanya tumbuh 4,95%.

Di pasar saham, Jakarta Islamic Index naik 12,62% sejak awal tahun (ytd). Sedang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 6,16%. Obligasi membukukan kinerja gemilang. Obligasi pemerintah bahkan memberi return 11,44% ytd.


Untuk reksadana, imbal hasil tertinggi diraih oleh reksadana pendapatan tetap, yakni rata-rata 7,01% sejak awal tahun.

Analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo bilang, kinerja emas bisa berkilau karena penguatan tajam harga emas di Januari hingga awal Maret 2016, dengan kisaran penguatan 20,07%.

Lalu, kinerja pasar saham syariah bullish ditopang oleh membaiknya pasar saham. Beben menganalisa, saham syariah banyak terdiri dari saham-saham lapis kedua yang memang memiliki volatilitas lebih tinggi.

Dus, kinerja saham syariah akan lebih tinggi dibandingkan saham konvensional saat pasar positif. "Ditambah kondisi saham perbankan saat ini sedang kurang baik sehingga membebani IHSG, tetapi sebaliknya indeks syariah tidak terbebani," tutur Beben.

Adapun kinerja obligasi ditopang oleh kondisi ekonomi makro dalam negeri yang membaik, serta pemangkasan BI rate ke level 6,75%. Menurut Beben, pergerakan emas tahun ini akan dipengaruhi oleh dollar AS.

Sedangkan instrumen investasi lainnya, seperti saham, obligasi dan reksadana diprediksi akan positif tahun ini. Kendati kinerja saham masih kurang bersinar.

Namun Perencana Keuangan Finansia Consulting Eko Endarto memperkirakan saham akan membagikan return paling tinggi sepanjang tahun ini, yakni di atas 10%.

Kiswoyo Adi Joe, Managing Partner Investa Saran Mandiri, juga memperkirakan saham tumbuh 20% atau di atas return emas yang sebesar 15%.

Teguh Hidayat, Direktur Avere Investama, juga yakin, saham menjadi instrumen investasi paling menjanjikan. "Investasi saham hanya bisa dikalahkan properti, itu pun kalau investor berperan sebagai developer," ujar Teguh.

Pada awal tahun ini, pergerakan IHSG masih tertahan oleh kinerja sektor perbankan, yang terpengaruh sentimen negatif pembatasan NIM dan perubahan BI rate. Namun, Teguh yakin IHSG bakal naik didorong pengumuman kinerja emiten di kuartal I. Target konservatif, return saham tahun ini 10%–15%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie