Performa IHSG Masih Negatif, Begini Skenarionya Hingga Akhir Tahun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih negatif jelang akhir kuartal pertama 2023. Sejak awal tahun, IHSG turun 1,29% dan berada di 6.762,25 sehingga diperkirakan IHSG masih sulit untuk mencapai target 7.800.

CEO Edvisor.id Praska Putrantyo menilai bahwa meskipun IHSG masih turun, tetapi posisinya saat ini sudah relatif bangkit dari level support jangka pendek. Sebab, IHSG sempat rebound dari level 6.560-an dan didukung oleh akumulasi beli dari investor asing.

"Selain itu, pola teknikal indikator RSI sudah berbalik arah dari zona oversold jadi ada indikasi peluang rebound," kata Praska kepada Kontan.co.id, Jumat (24/3).


Baca Juga: Menguat Pekan Lalu, Simak Proyeksi IHSG Senin (27/3)

Praska juga menjelaskan, sikap the Fed yang memutuskan kenaikan suku bunga acuan hanya sebesar 25 bps juga menjadi katalis positif. Ada pula pernyataan Menteri Keuangan AS Janet Yellen yang menyatakan kesiapan untuk turut membantu bank-bank lain jika terjadi masalah keuangan. Kemudian, penguatan kurs rupiah terhadap dolar AS semakin menambah sentimen penguat IHSG.

Hanya saja rebound IHSG diperkirakan tidak akan terlampau jauh. Sehingga, dia memproyeksikan IHSG akan berat untuk menuju 7.800 lantaran ada beberapa tantangan yang masih menanti.

Beberapa tantangan IHSG antara lain potensi kisruh kembali masalah geopolitik antara Ukraina dan Rusia yang hingga saat ini belum sepenuhnya berakhir, ancaman perlambatan ekonomi global dan domestik seiring tren kenaikan suku bunga acuan untuk meredam inflasi, dan kecenderungan investor mencari aset-aset yang lebih aman (safe haven) seperti SBN dan emas di tengah fluktuasi pasar yang terjadi.

Baca Juga: COAL, TFAS, SAGE, dan LPKR Memimpin Gainers IHSG Dalam Sepekan

Oleh sebab itu, untuk skenario bullish diprediksi target IHSG berada di kisaran 7.174-7.360. Itu pun dengan syarat kebijakan moneter tetap akomodatif dengan kondisi ekonomi, khususnya yang mempengaruhi kinerja emiten dan valuasi harga wajar saham-saham.

"Di antaranya, laju inflasi melambat, kurs rupiah terjaga di kisaran Rp 14.800 per dolar AS-Rp 15.300 per dolar AS, dan laju kenaikan suku bunga acuan sudah berhenti di akhir semester pertama 2023," kata Praska.

Tak menutup kemungkinan, Praska melihat IHSG juga memiliki potensi upside dari level terendah ke level tertinggi mencapai 10% atau lebih. Terlebih karena ekspektasi investor terhadap potensi kebijakan moneter di 2024 serta jelang momentum Pemilu yang rencananya dilakukan di awal 2024.

Meski begitu, Praska memilih skenario moderat dengan target IHSG 7.065-7.228. Menurutnya, peluang untuk mencapai target tersebut masih besar dengan probabilitas di atas 70%.

Baca Juga: IHSG Naik 1,26% Sepekan, Saat The Fed Mengerek Suku Bunga

"Katalisnya bersumber dari peluang/ekspektasi kelonggaran moneter di tahun 2024 jika inflasi domestik terus melandai bahkan berhasil menyentuh target jangka panjang," kata dia.

Sementara untuk skenario bearish, dia memprediksi IHSG berada di kisaran 6.290-6.500. Skenario ini bisa terjadi apabila suku bunga The Fed terus naik, laju inflasi baik di AS maupun Indonesia tidak turun sesuai harapan, ditambah kurs kembali melemah.

"Yang dikhawatirkan adalah bisa terjadi kembali gejolak di sektor perbankan AS, yang mana saat ini terjadi karena laju suku bunga yang tinggi," kata dia.

Dari berbagai skenario tersebut, Praska menilai investor bisa mencermati saham-saham MDKA, ANTM, ASII, PGAS, BNGA, TLKM, AMRT, ASSA, dan MPMX. Pemilihan saham-saham tersebut berdasarkan fundamental dan momentum pasarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati