JAKARTA. Performa reksadana yang melempem sepanjang semester I, menyebabkan pilihan investasi menguntungkan semakin terbatas. Asosiasi Pengelola Reksadana Indonesia (APRDI) memprediksi, imbal hasil (return) reksadana sepanjang tahun ini tidak akan setinggi tahun lalu. Kendati demikian, rata-rata imbal hasil reksadana saham diprediksi masih positif. Anggota Kompartemen Sosialisasi dan Edukasi APRDI Rudiyanto memperkirakan, rata-rata return reksadana saham masih bisa di atas 5%. Asumsi itu mempertimbangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih bisa menyentuh level 5.500, naik 5,24% dibanding posisi akhir tahun lalu. "Biasanya return reksadana saham tidak jauh dari kinerja IHSG," kata Rudiyanto, Kamis (2/7).
Besaran return tergantung strategi manajer investasi meracik portofolio. Sejumlah manajer investasi mematok target return reksadana saham sebesar kinerja IHSG plus 5%. Rudiyanto menduga, tahun ini, kinerja reksadana pendapatan tetap bisa lebih baik. Dengan asumsi laju inflasi akhir tahun ini di level 4% plus minus 1%. Angka ini membaik dibandingkan tahun lalu, yakni 7,26%. Perkiraannya, mulai Oktober nanti, inflasi akan membaik karena tidak ada dampak kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Selain itu, krisis utang Yunani diduga tak berdampak signifikan terhadap pasar obligasi domesik. Pasar obligasi terhambat bila suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) naik. "Tapi, prospek kenaikan harga obligasi hingga akhir tahun ini lebih pasti ketimbang kenaikan harga saham," papar Rudiyanto. Di jangka panjang, Rudiyanto memperkirakan, rata-rata return tahunan reksadana saham bisa berkisar 17%-20%. Sementara, return reksadana campuran sekitar 11%-16%, reksadana pendapatan tetap berkisar 7%-10%, dan return tahunan reksadana pasar uang sekitar 5%-6%. Asal tahu saja, tahun lalu, rata-rata return reksadana saham mencapai 27,86%. Meskipun, hingga semester pertama tahun ini, return reksadana saham masih minus 9,55%. Pilih pasar uang
Direkur Utama Bahana TCW Investment Management Edward Lubis menghitung, reksadana saham mungkin membagikan imbal hasil 10% pada tahun ini. Dengan pertimbangan, percepatan alokasi bujet pemerintah ke infrastruktur akan menopang pertumbuhan ekonomi, sehingga pasar saham akan pulih. "Tapi, apabila proyek infrastruktur mundur, akan sulit tercapai," ujarnya Di tengah pasar yang masih fluktuatif, reksadana pasar uang bisa menjadi pilihan investor pada paruh kedua tahun ini. "Reksadana ini tepat untuk investasi jangka pendek, karena risiko investasi rendah," saran Edward. Sementara Rudiyanto menyarankan, investor tetap fokus pada tujuan investasi. Bagi investasi di bawah setahun, bisa membeli reksadana pasar uang. Sedangkan, untuk tujuan setahun hingga tiga tahun, bisa mengoleksi reksadana pendapatan tetap. Adapun, investor dengan tujuan investasi 3-5 tahun, boleh menggenggam reksadana campuran. Sedangkan, tujuan investasi di atas lima tahun bisa koleksi reksadana saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Uji Agung Santosa