Pergerakan harga minyak terbatas menanti data AS



JAKARTA. Harga minyak mendekati level US$ 53 per barel lantaran investor masih mempertimbangkan kenaikan cadangan minyak Amerika Serikat (AS) dengan penurunan produksi OPEC dan produsen lain.

Mengutip Bloomberg, Selasa (14/2) pukul 14.04 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Maret 2017 di New York Mercantile Exchange menguat tipis 0,03% ke level US$ 52,95 per barel dibanding sehari sebelumnya setelah tergerus 1,7% pada awal pekan ini.

Survey Bloomberg menunjukkan persediaan minyak AS minggu lalu kemungkinan naik 3,5 juta barel. Sementara data resmi dari pemerintah baru akan dirilis Energy Information Administration (EIA) pada Rabu (15/2).


Di sisi lain, Arab Saudi menyatakan pada OPEC bahwa produksi minyak bulan lalu mencatat penurunan paling besar dalam delapan tahun. Arab Saudi melakukan pemangkasan produksi lebih besar dari kesepakatan untuk mengurangi pasokan global.

Harga minyak masih terus berfluktuasi di atas US$ 50 per barel setelah OPEC dan 11 negara non OPEC sepakat memangkas produksi mulai 1 Januari 2017. International Energy Agency (IEA) akhir pekan lalu menyatakan jika pemangkasan produksi OPEC telah mencapai 90%. Goldman Sachs Group Inc memperkirakan pasar minyak akan mengalami defisit pada semester pertama tahun ini.

"Dorongan dan tarikan antara pemangkasan OPEC dengan potensi kenaikan output AS menjaga harga dalam kisaran terbatas saat ini. Kenaikan pasokan minyak yang terus berlanjut akan membebani harga minyak," kata Daniel Hynes, Analis Australia & New Zealand Banking Group Ltd di Sydney, seperti dikutip Bloomberg.

Menurut laporan terakhir EIA, pasokan minyak AS naik ke angka 508,6 juta barel atau yang tertinggi dalam lebih dari tiga dekade. Produksi minyak di level 8,98 juta barel per hari atau tertinggi sejak April 2016.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto