JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak liar di sepanjang sesi I hari ini (8/6). Berdasarkan data RTI, pada pukul 12.00 WIB, indeks akhirnya menyerah dengan penurunan 0,5% menjadi 4.909,08. Ada 139 saham yang tertekan. Sementara, jumlah saham yang turun sebanyak 116 saham dan 88 saham lainnya diam di tempat. Volume transaksi perdagangan siang ini melibatkan 2,552 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 2,909 triliun.
Secara sektoral, ada delapan sektor yang tergerus. Tiga sektor dengan penurunan terbesar antara lain: sektor infrastruktur turun 1,31%, sektor barang konsumen turun 0,73%, dan sektor pertambangan turun 0,69%. Saham-saham indeks LQ 45 yang menghuni posisi
top losers antara lain: PT Adaro Energy Tbk (ADRO) turun 2,75% menjadi Rp 885, PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) turun 2,62% menjadi Rp 3.350, dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) turun 2,39% menjadi Rp 1.430. Sedangkan posisi
top gainers indeks LQ 45 siang ini dihuni oleh: PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) naik 2,24% menjadi Rp 274, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) naik 1,96% menjadi Rp 1.040, dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) naik 1,58% menjadi Rp 16.025. Bursa Asia melaju Sementara itu, bursa Asia masih menunjukkan penguatannya hingga siang ini. Berdasarkan data
Bloomberg, pada pukul 11.57 waktu Hong Kong, indeks MSCI Asia Pacific naik 0,2% menjadi 131,71. Di sisi lain, indeks Topix Jepang naik 0,4%. Sedangkan indeks S&P/ASX 200 Australia tak banyak mencatatkan perubahan. Sedangkan indeks Kospi Korea Selatan naik 0,1%, indeks Taeix Taiwan naik 0,4%, indeks Straits Times Singapura naik 0,3%, dan indeks S&P/BSE Sensex India naik 0,3%. Indeks S&P/NZX 50 Selandia Baru yang mengalami penurunan sebesar 0,5%. Demikian pula halnya dengan Shanghai Composite Index yang turun 0,6%.
Bursa Asia melaju untuk hari keempat seiring melonjaknya saham-saham berbasis energi yang dipicu oleh lompatan harga minyak ke atas level US$ 50. Faktor lain yang juga mempengaruhi bursa Asia adalah pemangkasan outlook pertumbuhan global oleh Bank Dunia menjadi 2,4% pada tahun ini. "Dengan pertumbuhan global yang moderat, the Fed akan menaikkan suku bunganya secara bertahap. Hal ini yang kemudian mendongkrak performa pasar saham, khususnya di emerging market. Meski demikian, data ekonomi China masih terlihat mencemaskan," jelas Shane Oliver, head of investment strategy AMP Capital Investors Ltd yang berbasi di Sydney. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie