KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar euro ditutup melemah sebesar 0,59% secara
week-on-week (wow) terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke posisi 0,9744 pada akhir perdagangan pekan lalu (7/10). Baik euro berfluktuasi dalam rentang 0,9726 - 0,9999 dalam sepekan terakhir. Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri dalam risetnya menjelaskan, volatilitas pasar valas masih tinggi dipengaruhi oleh risiko stagflasi global yang berlanjut dan kebijakan
hawkish Federal Reserve (The Fed) ke depan. Indeks Dollar meningkat ke level 112,9 atau telah meningkat 17,19 basis poin (bps), yang mengindikasikan penguatan dolar AS masih tetap berlanjut terhadap mata uang global.
Federal Open Market Committee (FOMC) meeting pada September 2022 memutuskan kembali menaikkan Fed Funds Rate (FFR) sebesar 75 bps menuju batas atas FFR 3,25%, sebagai respons terhadap inflasi AS yang meningkat tajam. "Data sektor tenaga kerja AS yang membaik dengan tingkat pengangguran yang menurun ke 3,5% pada September 2022 turut mendukung penguatan dolar AS," jelas Reny dalam riset yang diterima Kontan.co.id, Selasa (11/10).
Baca Juga: Transaksi Meningkat, BNI Raup Pendapatan Fee Rp 169 Miliar dari Cash Management Pada perdagangan pekan ini, terdapat rilis data ekonomi global yang dapat dicermati oleh pelaku pasar seperti data inflasi AS yang diprediksi tetap tinggi ke level 8,1% (yoy) pada September 2022 dan produksi industri Uni Eropa diprediksi tumbuh sebesar 0,5% (yoy) pada Agustus 2022. Secara teknikal, EUR/USD diprediksi bergerak ke kisaran 0,9625 - 1,0010 minggu ini. Kondisi penguatan dolar AS tersebut diperkirakan akan kembali menekan pergerakan rupiah. Pada akhir perdagangan Jumat (10/7), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah sebesar 0,16% (wow) ke posisi Rp 15.253 per dolar AS yang telah terdepresiasi 7,02% secara
year to date (YTD). Dari sisi internal, memang juga belum mampu mengangkat performa rupiah. Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa pada akhir September 2022 sebesar US$ 130,8 miliar. Cadangan devisa tersebut menurun sebesar US$ 1,4 miliar dibandingkan posisi bulan Agustus 2022 yang sebesar US$ 132,2 miliar. Penurunan cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global. Tim riset ekonomi Bank Mandiri memperkirakan nilai tukar rupiah akan menuju kisaran Rp 14.700 - Rp 14.800 per dolar AS dan cadangan devisa berada di kisaran US$ 130 - US$ 140 miliar pada akhir tahun 2022.
Baca Juga: Rupiah Masih Akan Melemah Cukup Lama, Ini Penyebabnya Reny bilang, pergerakan rupiah masih akan terpengaruh kebijakan
hawkish The Fed di tengah meningkatnya kepercayaan investor terhadap fundamental ekonomi domestik yang tetap solid. Dimana Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) September 2022 sebesar 117,2, tetap berada pada level optimis meski sedikit lebih rendah dibandingkan 124,7 pada Agustus 2022, namun lebih baik dibandingkan 95,5 pada periode yang sama tahun lalu. Adapun rupiah berfluktuasi di antara Rp 15.162 - Rp 15.309 per dolar AS di sepanjang minggu lalu. Sementara pada perdagangan minggu ini, Bank Mandiri memproyeksikan rupiah bergerak ke kisaran Rp 15.175 - Rp 15.380 per dolar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari