Pergerakan minyak mentah cenderung datar



JAKARTA. Harga minyak mentah turun dari harga tertingginya selama sepekan di New York, hari ini (28/3). Minyak tertekan spekulasi pelaku pasar yang bertaruh persediaan minyak AS meningkat. Hal ini melontar sinyal bahwa permintaan bahan bakar minyak (BBM) menurun di negeri itu. Kontrak minyak pengiriman Mei 2012 turun 62 sen menjadi US$ 106,71 per barrel di bursa berjangka New York. Pada hari sebelumnya, minyak masih mampu menguat 30 sen ke posisi US$ 107,33. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak 19 Maret 2012. Sejak akhir tahun 2011, si emas hitam ini sudah naik 8%.American Petroleum Institute melaporkan, persediaan minyak naik 3,6 juta barrel pada minggu lalu. Adapun Bloomberg News Survey, mencatat, berdasarkan laporan pemerintah, persediaan naik sebesar 2,6 juta barrel. Sedangkan MasterCard Inc mencatat, permintaan BBM di Negeri Uwak Sam pekan lalu turun 1,5%.

Harga minyak turun setelah pemerintah AS mengatakan akan melepas minyak dari Strategic Petroleum Reserve. Selain itu ada pernyataan di Wall Street Journal yang mengatakan Iran akan membuka pembicaraan tentang proyek nuklirnya.Iran dijadwalkan akan bertemu perwakilan pemerintah AS dan lima negara lainnya untuk membahas program nuklir mereka pada 14 April di Istanbul. Ini akan menjadi perundingan pertama dalam 15 bulan.Apelles RT Kawengian, Kepala Divisi Pengembangan Bisnis dan Produk Monex Investindo Futures, mengatakan pergerakan harga minyak pekan ini cenderung datar di kisaran US$ 106,50 – US$ 107 per barel. Secara fundamental kondisi Amerika belum sepenuhnya pulih sehingga mempengaruhi harga minyak. Ini bisa dilihat pada data consumer confidence yang turun dari bulan lalu sebesar 71,6 menjadi 70,2. Namun, pekan ini akan dirilis data durable goods (barang-barang tahan lama) yang diperkirakan akan naik menjadi 3%, sementara data sebelumnya hanya -3,7%. “Kenaikan ini akan berdampak ke harga minyak, karena transportasi merupakan bagian dari durable goods, sehingga demand terhadap minyak naik,” ungkapnya. Sentimen juga datang dari Eropa di mana sudah ada titik cerah terhadap pemulihan ekonominya. Sementara itu, data pertumbuhan ekonomi di China yang melambat.Apelles melihat harga minyak belum ada indikasi turun sebulan kedepan. Pasalnya, lonjakan harga minyak bisa bergejolak akibat atmosfer ekonomi politik dunia yang kurang kondusif. Ini yang akan membuat minyak untuk beberapa bulan akan bermain di atas US$ 100.Suluh Adil Wicaksono, Head of Analyst Askap Futures, menilai penurunan harga kemarin bersifat sementara. Ia melihat beberapa hari sebelumnya malah harga menguat. “Koreksi kemarin berarti masih kurang dari 1% dibandingkan kenaikan beberapa hari sebelumnya,” terangnya.Ia mengatakan koreksi masih terjaga dan belum bisa menembus batas bawah US$ 104, bahkan ini menjadi support kuat sejak awal maret. Secara teknikal, harga bulan Maret dengan Februari mirip. Bulan lalu harga tertingginya mencapai US$ 110 dan terkoreksi jadi US$ 105. Kemudian naik lagi hingga US$ 110, tapi sekarang terkoreksi lagi. “Jadi memang sudah dua bulan ini minyak di atas 104,” ungkapnya.Untuk bulan April ia memprediksi harga minyak akan berada di level support US$ 104 dan resistance US$ 112 – US$ 115. “Bulan Januari harga US$ 104 menjadi resistance. Sedangkan Februari dan Maret level itu malah jadi support. Maka ada kemungkinan di bulan April harga akan naik,”Sementara Apelles memprediksi hingga bulan akhir April harga minyak akan bermain pada kiasaran US$ 103 – US$ 108, dengan kecenderungan naik. "Tapi rasanya tidak akan sampai 110, karena beban sudah berat. Ini akan jadi kerja keras pemerintah Amerika untuk menjaga harga minyak tetap di bawah itu," kata ia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Ruisa Khoiriyah