Pergerakan Rupiah dalam Bayang-Bayang Suku Bunga



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah masih masih dalam bayang-bayang kenaikan suku bunga. Tak heran jika akhirnya rupiah bergerak tipis pada awal perdagangan hari ini.

Pada Senin (25/9), rupiah spot dibuka turun tipis 0,02% ke level Rp 15.379 per dolar Amerika Serikat (AS).

Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan, pasca FOMC meeting yang masih mengindikasikan adanya kenaikan suku bunga acuan Fed Funds Rate ke depan, mayoritas mata uang global bergerak bervariasi. Risiko suku bunga The Fed yang akan tetap tinggi masih menjadi perhatian pasar.


Kenaikan suku bunga acuan The Fed telah sampai ke level tertingginya selama 22 tahun. "Pada FOMC meeting September 2023, The Federal Reserve sesuai ekspektasi tetap mempertahankan Fed Funds Rate di level 5,25% - 5,50%," tulis Reny dalam riset, Senin (25/9).

Menurutnya, keputusan ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan sektor tenaga kerja yang tetap kuat, dengan tekanan inflasi yang masih akan sulit turun ke target 2%. The Fed melihat pertumbuhan ekonomi dan sektor tenaga kerja tetap membaik dengan tingkat pengangguran yang tetap rendah.

Baca Juga: Rupiah Spot Dibuka Melemah Tipis ke Rp 15.379 Per Dolar AS Pada Senin (25/9)

Ia menyebutan, berdasarkan Fed Guidance yang dihimpun dari CME Group Fedwatch Tool terakhir pada September 2023, FFR masih akan tetap sebesar 5,50% sebagai terminal ratenya pada tahun ini. "Namun, The Fed mengindikasikan masih akan menaikkan suku bunganya satu kali lagi menjelang tahun 2023 menuju level 5,75%," katanya.

Di sisi lain, indeks dolar AS tetap bertahan pada level yang tinggi. Indeks dolar AS naik ke atas 105,5 atau tertinggi sejak awal Maret 2023 setelah The Fed mengisyaratkan ruang kenaikan suku bunga masih terbuka ke depan.

Sementara itu, ekonomi AS terus menunjukkan penguatan dengan klaim mingguan turun menjadi 201 ribu minggu lalu, level terendah sejak Januari dan di bawah perkiraan yang sebesar 225 ribu. Perkembangan ini masih membuat posisi dolar AS relatif lebih kuat dibanding beberapa mata uang.

Yen melemah ke bawah 148 per dolar AS, karena BoJ diperkirakan akan mempertahankan suku bunga jangka pendek utamanya di level -0,1%. Selain itu, Euro turun sebesar 0,2% menyusul keputusan ECB yang menaikkan suku bunga ECB rate sebesar 25 bps.

Mata uang poundsterling juga jatuh ke level 1,227 per dolar AS, yang merupakan level terendahnya sejak Maret 2023, setelah BoE memutuskan untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah.

Mata uang Asia sebagian besar menguat karena didukung fundamental domestik masing-masing negara yang masih solid dan kebijakan yang ditempuh oleh Bank Sentral masing-masing negara untuk menjaga stabilitas nilai tukar.

Untuk rupiah, pada akhir minggu ini bergerak relatif stabil di level Rp 15.375 per dolar AS didukung fundamental domestik yang kuat dan kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk mendukung stabilitas rupiah.

BI tetap menjalankan kebijakan triple intervention, twist operation, implementasi DHE, dan mengeluarkan SRBI untuk mendukung pendalaman pasar finansial serta mendorong masuknya aliran dana asing ke pasar domestik sehingga menahan pelemahan rupiah lebih lanjut.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham dari BRI Danareksa pada Perdagangan Senin (25/9)

"BI juga yakin bahwa inflasi domestik akan terjaga pada kisaran 2% - 4% sehingga BI7DRRR masih akan dipertahankan di level 5,75% sampai akhir tahun 2023," terangnya.

Reny mengatakan bahwa saat ini tekanan pasar masih tinggi didominasi oleh faktor eksternal, terutama kebijakan The Fed yang tetap hawkish. Dolar AS akan cenderung menguat seiring dengan ketidakpastian yang masih tinggi di pasar.

Tim riset ekonomi Bank Mandiri memperkirakan rupiah akan bergerak sesuai dengan fundamentalnya dalam jangka panjang didukung fundamental ekonomi domestik yang solid.

Pihaknya masih memperkirakan rupiah akan sebesar Rp 14.864, dengan rata-rata sebesar Rp 15.031 per dolar AS pada akhir tahun 2023 ditopang oleh kebijakan fundamental ekonomi yang kuat dan kebijakan suku bunga global yang sudah priced in sehingga volatilitas pasar menurun.

Sejalan dengan rupiah yang masih dapat menguat, Bank Mandiri juga melihat yield obligasi tenor 10 tahun masih akan menuju 6,24% pada akhir tahun 2023. Namun, dalam jangka pendek, rupiah masih masih akan cenderung bergerak di kisaran Rp 15.200 - Rp 15.400 per dolar AS dan risiko capital flight masih akan mempengaruhi pasar domestik.

Adapun untuk hari ini, Reny memperkirakan rupiah akan berada di kisaran Rp 15.353 - Rp 15.410 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari