Pergerakan Rupiah Pada Senin (3/7) Menanti Data Inflasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka tertekan setelah libur dua hari. Jumat (30/6), rupiah spot ditutup di level Rp 15.046 per dolar Amerika Serikat (AS).

Ini membuat rupiah spot melemah 0,35% dibanding penutupan Selasa (27/6) di Rp 14.993 per dolar AS. Alhasil, rupiah pun menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia.

Pengamat komoditas dan mata uang Lukman Leong menilai tertekannya rupiah masih didominasi faktor eksternal. "Tekanan terutama dari AS dan China," ujar dia kepada Kontan.co.id, Rabu (28/6).


Untuk besok, Lukman memperkirakan rupiah masih akan tertekan. Khususnya oleh kekhawatiran perlambatan ekonomi global dari langkah agresif bank-bank sentral.

Baca Juga: Simak Prediksi Rupiah Sepekan ke Depan

Di sisi lain, esok hari akan dirilis data inflasi bulan Juni Indonesia yang diperkirakan akan kembali turun ke 3,64%. "Artinya inflasi telah nyaman berada di dalam kisaran target BI 3% ±1% sehingga lebih memungkinkan BI untuk menurunkan daripada menaikkan suku bunga," kata Lukman.

Menurut dia, penurunan suku bunga atau paling tidak mempertahankan suku bunga akan membuat rupiah jadi semakin kurang atraktif. Tetapi untuk jangka panjang, suku bunga yang stabil menjadi hal positif.

"Dari eksternal, investor akan dihadapkan dengan data ekonomi penting dari AS seperti ISM dan NFP, serta risalah pertemuan FOMC," kata dia.

Baca Juga: Loyo di Akhir Pekan, Begini Proyeksi Pergerakan Rupiah Pekan Depan

Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana juga menilai pergerakan rupiah pada Senin (3/7) akan bergantung pada hasil inflasi bulan Juni. Dia memproyeksikan inflasi berada di level 3,8%. Jika inflasi terjaga pada level tersebut, maka SBN akan semakin menarik dan akan mendorong inflow asing, sehingga rupiah bisa terapresiasi.

Lukman memproyeksikan rupiah akan berada pada level Rp 14.950 per dolar AS-Rp 15.100 per dolar AS. Fikri memperkirakan rupiah akan bergerak pada rentang Rp 14.900 per dolar AS-Rp 15.100 per dolar AS, dengan catatan tidak ada overshifting pada indeks dolar karena dia melihat ada kemungkinan dari sisi harga akan turun. Apabila indeks dolar lebih rendah, maka rupiah terapresiasi. Tetapi jika indeks dolar meningkat tiba-tiba maka rupiah akan tertekan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati