KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebutuhan energi dunia semakin meningkat seiring pertambahan penduduk dunia. Saat ini pemenuhan kebutuhan energi dunia masih mengandalkan bahan bakar fosil yang tidak renewable dan cenderung tidak ramah lingkungan. Berdasarkan data British Petroleum Outlook 2019, global energy demand pada tahun 2020 kurang lebih mencapai 14 million toe, yang berasal dari energi fossil (oil, gas, coal) dan nuklir sebesar 85 % sedangkan yang berasal renewable energi sebesar 15 %. Kondisi tersebut memicu bertumbuhnya pengembangan dan penggunaan energi alternatif yang terbarukan dan ramah lingkungan.
Kebijakan
Renewable Portfolio Standard (RPS) di Korea mengharuskan produsen listrik (dengan kapasitas minimal 500 MW) untuk mensuplai jumlah tertentu dari total energi yang dihasilkan berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT). Pada awal 2012 ditargetkan komposisi EBT sebanyak 2% dan akan terus meningkat mencapai 10% pada tahun 2022. Sesuai dengan visi dan misi Perhutani, dengan pengembangan portofolio baru biomassa ini Perhutani dapat menyasar 3 sasaran sekaligus, meliputi aspek planet, profit dan people. Dari aspek planet, penanaman tanaman biomassa akan dikembangkan pada lahan-lahan yang kurang atau tidak produktif, sehingga akan meningkatkan dan mempercepat tutupan lahan yang diharapkan akan berdampak perbaikan lingkungan. Dalam waktu 5 tahun diharapkan klaster tanaman biomassa dapat terbangun sesuai rencana, yaitu 122.882 Ha. Dengan perluasan tutupan lahan ini makan meningkatkan penyerapan CO2 oleh tanaman dan di sisi lain dengan semakin meningkatnya penggunaan wood pellet sebagai substitusi batu bara maka akan menurunkan emisi CO2. "Total lahan tahun ini 20ribu ha, setiap tahun tambah terus sampai di angka 120ribu ha tadi. jadi sampai 5 tahun ke depan akan menghasilkan 2 juta wood pellet atau 3,5 juta ton green biomasa," ujar Citasari anggota program management unit pengembangan tanaman biomassa Perhutani di Jakarta, Selasa (9/7)
Dari aspek profit, tanaman biomassa termasuk produk kehutanan yang
quick yield, bisa dipanen dalam waktu dua tahun dan dipelihara trubusannya dan selanjutnya trubusan tersebut dapat dipanen setiap 2 (dua) tahun sekali. Pada tahun 2019 sudah dapat mulai dipanen tanaman biomassa uji coba penanaman pada tahun 2013 di KPH Semarang. Sedangkan dari hasil penanaman, direncanakan pada tahun 2025 dapat memproduksi green biomass 3 juta ton sebagai bahan baku
wood pellet. Produksi
wood pellet pada tahun 2025 diperkirakan akan mencapai 2 juta Ton. Sehingga pada tahun 2025 diharapkan akan tercipta tambahan pendapatan dari bisnis wood pellet sebesar Rp 3,5 triliun. "Untuk biaya tanam sekitar Rp 6,5 juta per hektare, kemudian kalau untuk 120ribu hektare jadi sekitar Rp 800 miliar. Bibitnya itu termasuk di situ, nanti digabung biaya pemanenan juga," lanjutnya.
Editor: Yudho Winarto