Peringatan IMF: Uang digital bahaya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang digital, bitcoin memang fantastis. Tak butuh waktu lama sejak harganya jatuh gara-gara China melarang perdagangan bitcoin, harga bitcoin kembali melambung.

Bahkan harga bitcoin menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah. Kemarin, harga bitcoin sempat menyenggol level tertinggi yakni US$ 5.856,10, atau setara dengan Rp 79,06 juta (1 US$=Rp 13.500). Harga tersebut naik lebih dari 480% secara year to date.

Mengutip CNBC, spekulasi yang beredar bahwa China akan mencabut larangan transaksi bitcoin. Bulan lalu, regulator China melarang transaksi uang kripto itu.


Dalam jangka panjang, tren harga bitcoin bisa terus naik. Sebab Jepang telah membuat peraturan yang menguntungkan bagi para pengguna bitcoin. Bahkan perusahaan ritel sudah menerima pembayaran via bitcoin. Goldman Sachs juga sedang mempertimbangkan memulai perdagangan baru yang fokus pada mata uang digital.

Perkembangan uang digital begitu cepat dan agresif. Fundstrat Global melacak terdapat sekitar 630 uang digital di pasar. Jumlah itu belum termasuk produk investasi berbasis uang digital.

Itu pula yang membuat Dana Moneter Internasional (IMF) menaruh perhatian besar pada uang digital. Sebab, perkembangan teknologi keuangan ini mulai mengguncang layanan keuangan dan sistem pembayaran global. Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengingatkan akan bahaya uang digital terhadap sistem pembayaran global.

Itu sebabnya, dia mengingatkan agar bank sentral dunia memberi perhatian serius pada uang digital tersebut. "Saya berpikir bahwa kita akan mengalami gangguan besar," kata Lagarde kepada CNBC.

Oscar Darmawan, CEO Bitcoin Indonesia mengatakan, prospek harga bitcoin masih bagus dan bisa kembali cetak rekor. Sebab masih banyak orang yang belum mengenal uang virtual ini. "Masih sangat luas potensinya untuk menebus rekor berikutnya. Saya rasa kenaikan harga saat ini juga masih sangat wajar," ujar dia, kemarin.

Di Indonesia sendiri, bitcoin masih belum dianggap komoditas resmi. Namun minat orang Indonesia untuk terjun berinvestasi bitcoin sangat besar. "Saat ini, ada 500.000 anggota terdaftar di sistem bitcoin.co.id," ujar Oscar.

Menurut Oscar, di Indonesia masih jauh untuk membuat produk investasi berbasis bitcoin karena memang belum ada aturannya. "Biasanya investasi berbasis bitcoin tersebut berupa indeks bitcoin maupun berbentuk reksadana berdasarkan pergerakan harga bitcoin atau fund manager," ujar dia.

Nah, jika ada yang menawarkan produk berbasis bitcoin dan menjanjikan imbal hasil besar harus berhati-hati. Pasalnya, tidak ada yang tahu naik turunnya harga bitcoin. "Soal harga saya juga ingin tahu ke depannya naik atau turun. Itu pertanyaan yang tidak bisa dijawab siapapun," ujar dia.

Editor: Yudho Winarto