KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin baru-baru ini mengalami penurunan signifikan setelah mencapai rekor tertinggi di atas US$100.000 per Bitcoin. Penyebab penurunan ini dapat dihubungkan dengan kebijakan moneter global yang semakin memperburuk ketidakpastian di pasar kripto, serta faktor-faktor ekonomi besar yang memengaruhi pasokan uang global. Menurut analis keuangan, ada ancaman besar yang datang dari penurunan pasokan uang global yang mencapai US$4,1 triliun, yang bisa memicu koreksi harga Bitcoin hingga US20.000 dalam beberapa minggu mendatang.
Penurunan Pasokan Uang Global
Pada bulan Oktober 2024, pasokan uang global mencapai titik tertingginya, yaitu US$108,5 triliun. Namun, sejak saat itu, pasokan uang global telah turun tajam menjadi US$104,4 triliun, yang merupakan level terendah sejak Agustus 2024.
Baca Juga: AS Berencana Masukkan Perusahaan Pemesan Chip TSMC untuk Huawei ke Daftar Hitam Analis dari The Kobeissi Letter mencatat bahwa harga Bitcoin secara historis cenderung mengikuti perubahan pasokan uang global dengan jeda sekitar 10 minggu. Berdasarkan hubungan ini, penurunan sebesar US$4,1 triliun dalam pasokan uang dapat memicu penurunan harga Bitcoin sebesar US$20.000 dalam waktu dekat.
Kebijakan Federal Reserve dan Dampaknya pada Bitcoin
Federal Reserve (Fed) adalah salah satu institusi yang paling berpengaruh dalam mengendalikan pasokan uang melalui kebijakan moneter. Pada tahun 2024, Fed menghadapi tantangan besar dalam menanggulangi inflasi yang terus-menerus meningkat meskipun mereka telah menaikkan suku bunga secara signifikan. Meskipun pada minggu lalu Fed menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin, mereka mengindikasikan bahwa mereka akan bergerak lebih hati-hati dan lambat dalam siklus pemotongan suku bunga yang diharapkan pada 2025. Analis Yuya Hasegawa dari Bitbank di Tokyo mengingatkan bahwa kebijakan Fed yang berhati-hati ini bisa berdampak pada pasar Bitcoin. Kebijakan pelonggaran moneter (monetary easing) biasanya mendukung harga Bitcoin, sementara kebijakan pengetatan (tightening) dapat memberikan dampak negatif pada harga kripto ini. Hasegawa mencatat bahwa jika inflasi tetap tinggi, Fed mungkin harus menghentikan pemotongan suku bunga pada 2025 atau bahkan kembali menaikkan suku bunga, yang berisiko mengurangi daya tarik Bitcoin.
Baca Juga: Trump Ancam Tetapkan Kartel Narkoba Meksiko Sebagai Kelompok Teroris! Krisis Utang Pemerintah AS dan Dampaknya pada Stabilitas Ekonomi
Utang pemerintah AS, yang saat ini telah mencapai lebih dari US$34 triliun, terus meningkat tajam. Stimulus yang dikeluarkan selama pandemi COVID-19, yang menyebabkan lonjakan pengeluaran pemerintah, telah berkontribusi pada inflasi tinggi yang melanda perekonomian pada tahun 2022. Beberapa analis memperingatkan bahwa kenaikan utang ini dapat memicu "spiral kematian" (death spiral), di mana pembayaran bunga utang yang semakin besar semakin membebani ekonomi. Jika utang pemerintah terus meningkat tanpa ada langkah konkret untuk menurunkannya, ada risiko bahwa kepercayaan pasar terhadap kredibilitas pemerintah AS dapat terkikis. Hal ini bisa menjadi salah satu topik utama yang akan diperhatikan oleh pasar pada tahun 2025, dengan implikasi jangka panjang bagi nilai mata uang, termasuk Bitcoin.
Prediksi Harga Bitcoin: Koreksi atau Arah Baru?
Kombinasi dari penurunan pasokan uang global, kebijakan moneter yang lebih ketat, dan krisis utang pemerintah AS dapat menciptakan tekanan signifikan pada pasar Bitcoin. Dengan hubungan yang terbukti antara perubahan pasokan uang dan harga Bitcoin, penurunan US$4,1 triliun dalam pasokan uang global dapat memicu koreksi besar dalam harga Bitcoin dalam beberapa minggu mendatang.
Baca Juga: Trump Mengajukan Cadangan Bitcoin Senilai US$280 Triliun untuk Selamatkan Dolar AS Bitcoin, yang selama ini menjadi aset yang sangat bergantung pada kondisi ekonomi makro dan kebijakan moneter, mungkin akan menghadapi fase koreksi harga yang tajam.
Namun, dalam jangka panjang, Bitcoin masih tetap dipandang sebagai aset yang menarik bagi banyak investor, terutama karena kemampuannya untuk berfungsi sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Bagi para investor yang berencana membeli Bitcoin, saat ini mungkin menjadi waktu yang tepat untuk memperhatikan dengan seksama perkembangan kebijakan moneter dan dampaknya pada pasar global.
Editor: Handoyo .