Peringatan Trump Jika Dirinya Kalah Pemilu 2024: Demokrasi di AS akan Menghilang



KONTAN.CO.ID - Pemilu Presiden AS akan dilaksanakan pada 5 November 2024 mendatang. Saat ini para kandidat sudah mulai aktif berkampanye.

Kandidat terkuat dari Partai Republik, yaitu Donald Trump, tahun ini mengincar jabatan presiden keduanya.

Trump kalah dari Presiden AS saat ini, Joe Biden, dalam pemilu tahun 2020.


Beragam komentar kontroversial yang menjadi ciri khasnya tentu sudah keluar sejak awal tahun ini, termasuk peringatan mengenai hilangnya demokrasi dari Amerika Serikat.

Baca Juga: Pemilu AS 2024: Pendukung Trump Lebih Royal Ketimbang Pendukung Biden

Hilangnya Pemilu dan Pertumpahan Darah

Komentar menarik Trump soal hilangnya demokrasi dari tanah AS disampaikan saat menggelar pidato terbuka di Ohio pada bulan Maret lalu.

Trump mengatakan, kekalahannya dalam pemilu AS tahun 2020 adalah akibat dari kecurangan pemilu.

"Jika kita tidak memenangkan pemilu kali ini, saya rasa kita tidak akan mengadakan pemilu lagi di negara ini, atau pemilu tidak akan bertarti lagi," kata Trump, dikutip The New York Times.

Tidak hanya itu, Trump menyebut kekalahannya pada pemilu AS 2024 juga bisa memicu pertumpahan darah di seluruh negara.

"Sekarang, jika saya tidak terpilih, ini akan menjadi pertumpahan darah bagi seluruh pihak. Ini akan menjadi pertumpahan darah bagi negara," lanjut Trump.

Baca Juga: Menuju Pemilu AS 2024, Donald Trump Mulai Rayu Masyarakat Kulit Hitam

Kerusuhan Capitol AS

Kekalahan Trump pada pemilu AS 2020 memicu pecahnya kerusuhan di Gedung Capitol AS pada bulan Januari 2021.

Kerusuhan di gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021 jelas tidak akan dilupakan. Saat itu, ribuan pendukung Trump menyerbu gedung parlemen karena tidak bisa menerima hasil pemilu.

Trump dianggap menyebarkan ujaran kebencian melalui media sosial sehingga mendorong terjadinya kerusuhan tersebut.

Kerusuhan yang berlangsung selama 36 jam itu menyebabkan lima orang tewas dengan penyebab yang beragam.

FBI memperkirakan antara 2.000 hingga 2.500 orang memasuki Gedung Capitol dalam kerusuhan tiga tahun lalu. Banyak di antara mereka yang melakukan perusakan dan penjarahan.