Peringatan UBS Group AG memperkokoh harga nikel



JAKARTA. Harga nikel rebound dari level terendah satu bulan setelah terangkat oleh pernyataan UBS Group AG yang memperingatkan adanya pengetatan pasokan.

Mengutip Bloomberg, Senin (15/8) harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange menguat 1% menjadi US$ 10.400 per metrik ton sebelum diperdagangkan di US$ 10.355 per metrik ton pada pukul 00.22 waktu Shanghai.

Harga sebelumnya merosot ke level US$ 10.305 atau terendah sejak 15 Juli pada Jumat (12/8). Tekanan harga nikel dipicu oleh data keluaran pabrik China, penjualan ritel dan perlambatan investasi yang menyebabkan kekhawatiran permintaan.


Nikel kembali berotot setelah UBS mengatakan bahwa nikel adalah salah satu komoditas logam yang paling disukai dan dampak penutupan tambang di Filipina masih akan terus berlanjut.

Logam yang digunakan pada produk stainless steel ini telah memperoleh keuntungan 17% sepanjang tahun ini di tengah reli lebih luas pada harga komoditas. Filipina sebagai produsen bijih nikel terbesar telah menutup tambang yang tidak memenuhi standar lingkungan dan kesejahteraan.

Dalam laporan tanggal 12 Agustus lalu UBS menyatakan, audit Filipina kemungkinan akan memberi efek lebih lanjut pada awal tahun depan lantaran ekspor bijih nikel berpotensi gagal memenuhi kenaikan produksi stainless steel.

"Pasokan Filipina secara musiman mengalami penurunan dari bulan Juli hingga Januari di setiap tahun, jadi dampak nyata mungkin tidak akan terasa sampai awal tahun 2017," tulis analis UBS, Daniel Morgan, seperti dikutip Bloomberg.

Delapan dari 27 tambang nikel diminta berhenti oleh pemerintah Filipina, menurut UBS. Tambang tersebut menghasilkan 2,6 juta ton bijih nikel pada tahun 2015 atau 8% dari total produksi Filipina dan 2% dari total pasokan dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto