Peringati Hari Kemenangan, Rusia Alami Kemajuan Pesat di Ukraina



KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Pada Kamis (8/5/2024), Rusia memperingati kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia Kedua. Bertepatan dengan hal itu, hubungan dengan Barat semakin memburuk seiring dengan kemajuan pesat pasukan Rusia melawan pasukan Ukraina yang didukung Barat.

Melansir Reuters, Presiden Rusia Vladimir Putin, yang naik ke tampuk kekuasaan hanya delapan tahun setelah Uni Soviet bubar, akan berbicara pada parade Hari Kemenangan di Lapangan Merah meskipun perangkat keras militer yang dipamerkan akan lebih sedikit dibandingkan parade sebelum invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.

Putin kini menganggap perang tersebut sebagai bagian dari perjuangan suci melawan Barat, yang menurutnya telah melupakan peran Uni Soviet dalam mengalahkan Nazi Jerman dan pelajaran bahwa baik Napoleon Bonaparte maupun Adolf Hitler tidak dapat mengalahkan Rusia.


“Saya ingin membungkukkan badan kepada para pahlawan kita, para peserta operasi militer khusus, kepada semua orang yang berjuang demi Tanah Air,” kata Putin saat ia dilantik untuk masa jabatan baru sebagai presiden pada Selasa (7/5/2024).

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova, yang diwawancarai oleh kantor berita TASS, mengatakan duta besar negara-negara yang "tidak bersahabat" tidak diundang ke parade tersebut. 

Negara-negara ini, katanya, memiliki kebijakan agresif terhadap Rusia.

Baca Juga: Rusia Gelar Serangan Udara Terbesar, Hacurkan Jaringan Listrik Ukraina

Banyak duta besar negara Barat menghindari upacara Kremlin pada hari Selasa saat Putin dilantik untuk masa jabatan enam tahun yang baru.

Pemimpin Kremlin berusia 71 tahun itu menjanjikan kemenangan dalam perang tersebut, di mana pasukan Rusia terus maju melawan pasukan Ukraina meskipun ada bantuan ratusan miliar dolar dari Amerika Serikat dan sekutunya.

Ukraina dan negara-negara Barat mengatakan Putin terlibat dalam perampasan tanah bergaya kekaisaran dan berjanji untuk mengalahkan Rusia.

Saat ini, Rusia sudah menguasai sekitar 18% wilayah Ukraina, termasuk Krimea, dan sebagian dari empat wilayah di Ukraina timur. 

Rusia mengatakan wilayah tersebut, yang dulunya merupakan bagian dari Kekaisaran Rusia, kini kembali menjadi bagian dari Rusia.

Uni Soviet kehilangan 27 juta orang dalam Perang Dunia Kedua, termasuk jutaan orang di Ukraina, namun akhirnya berhasil mendorong pasukan Nazi kembali ke Berlin, tempat Hitler bunuh diri dan Bendera Merah Kemenangan Soviet dikibarkan di Reichstag pada tahun 1945.

Penyerahan tanpa syarat Nazi Jerman mulai berlaku pada pukul 23:01 Waktu setempat pada tanggal 8 Mei 1945, dan diperingati sebagai "Hari Kemenangan di Eropa" oleh Perancis, Inggris dan Amerika Serikat. 

Baca Juga: Rusia Ancam Serang Balik Inggris, Ini Gara-garanya

Di Moskow, saat itu sudah tanggal 9 Mei, yang menjadi "Hari Kemenangan" Uni Soviet. Warga Rusia menyebutnya sebagai Perang Patriotik Hebat tahun 1941-45.

Parade Moskow akan dimulai pada pukul 07.00 GMT (07.00 WIB). Kemungkinan parade ini akan menampilkan sistem rudal balistik antarbenua RS-24 Yars dan fly-past yang menunjukkan tiga warna Rusia, meskipun surat kabar Izvestia mengatakan tidak akan ada tank dan pesawat yang ditampilkan akan lebih sedikit dari biasanya.

Baik Rusia maupun Ukraina tidak mempublikasikan data yang dapat diandalkan mengenai jumlah orang yang hilang ataupun menjadi korban dalam perang tersebut. Perkiraan intelijen Barat menyebutkan, jumlah total korban tewas dan terluka mencapai ratusan ribu jiwa.

Para pejabat Rusia memperingatkan bahwa perang Ukraina sedang memasuki fase paling berbahaya hingga saat ini. Putin sendiri telah berulang kali memperingatkan risiko perang yang lebih luas yang melibatkan negara-negara dengan kekuatan nuklir terbesar di dunia.

Krisis ini semakin parah dalam beberapa minggu terakhir: Presiden AS Joe Biden menandatangani bantuan senilai $61 miliar ke Ukraina; Inggris mengatakan bahwa Ukraina mempunyai hak untuk menyerang Rusia dengan senjata Inggris; dan Presiden Prancis Emmanuel Macron menolak mengesampingkan pengiriman pasukan Prancis untuk melawan pasukan Rusia.

Rusia menanggapinya pada hari Senin dengan mengumumkan bahwa mereka akan mempraktikkan pengerahan senjata nuklir taktis sebagai bagian dari latihan militer setelah apa yang dikatakan Moskow sebagai ancaman dari Perancis, Inggris dan Amerika Serikat.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie