Peringkat SMRA dan DART melorot



JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memangkas peringkat obligasi dua emiten properti, yakni PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dan PT Duta Anggada Realty Tbk (DART). Ini lantaran kinerja keuangan kedua emiten tersebut kurang memuaskan.

Peringkat SMRA merosot menjadi minus single A plus dari posisi single A plus stabil pada 2015. Adapun DART turun level dari single A minus menjadi triple B plus.

Untuk SMRA, Pefindo menilai kinerja keuangan emiten ini masih lambat, dengan rendahnya pendapatan karena berkurangnya permintaan properti. Kinerja keuangan SMRA sudah melemah sejak akhir tahun 2015.


Meski begitu, posisi SMRA di industri properti dinilai masih kuat dengan kualitas aset yang baik. Pendapatan berulang atau recurring income SMRA juga memadai. Namun, risiko emiten ini masih rentan lantaran industri properti sensitif terhadap perubahan kondisi makroekonomi.

Analis Daewoo Securities Franky Rivan menilai, kinerja SMRA melemah pada kuartal II 2016. “Secara fundamental, kami kurang tertarik dengan SMRA. Revenue recognition dan dari leverage emiten ini kurang bagus,” kata Franky kepada KONTAN, kemarin.

Selama kuartal II 2016, pendapatan SMRA menurun 23% menjadi Rp 1,27 triliun. Sementara laba usaha dan laba bersih masing-masing turun 41%, dan 101% (yoy).

Mengenai peringkat DART, dua analis Pefindo, Yogie Surya Perdana dan Rommy Sanjaya menilai, penurunan peringkat tersebut didorong oleh kondisi keuangan emiten yang melemah. Pendapatan DART lebih rendah dari proyeksi di tengah utang yang tinggi.

Namun, DART masih memiliki kualitas aset yang baik dan recurring income stabil dari investasi properti. Pada kuartal II 2016 DART meraih laba bersih Rp 24 miliar, turun 51% dibandingkan periode sama pada tahun sebelumnya Rp 48 miliar.

Pendapatannya juga menurun 54% (yoy) menjadi Rp 121 miliar, dan laba kotornya turun 6% (yoy) menjadi Rp 68 miliar.

Di luar SMRA dan DART, emiten properti lain memiliki peringkat stabil. Misalnya PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) yang memiliki peringkat double A minus dengan outlook stabil untuk obligasi berkelanjutan I 2016 maksimum Rp 1 triliun.

Pefindo menilai, PJAA kuat di segmen rekreasi, memiliki aliran pendapatan stabil dan dan likuiditas yang kuat. Harga PJAA kemarin melonjak 10,42% menjadi Rp 2.120 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie