KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah restrukturisasi utang PT Bumi Resources Tbk (BUMI) berbuah manis. Sejumlah lembaga pemeringkat merespons upaya BUMI dengan menaikkan rating emiten itu. Mengutip Bloomberg, kemarin, S&P Global Ratings menaikkan rating utang BUMI menjadi CCCC+ dari sebelumnya D. Alasannya, restrukturisasi utang BUMI telah berjalan. Bahkan, dengan restrukturisasi itu, S&P memperkirakan BUMI mampu melunasi kewajiban bunga hanya dalam waktu 12 bulan, dengan syarat harga batubara berada dalam level yang sehat. Sebelumnya, Akhir pekan lalu, Moody's Investor Service juga mengerek peringkat BUMI dari Ca menjadi B3. Selesainya proses restrukturisasi utang BUMI mendorong Moody's meningkatkan peringkat perusahaan tambang batubara ini. Dalam restrukturisasi, jumlah utang BUMI menyusut dari US$ 4,2 miliar menjadi sebesar US$ 1,6 miliar dan jatuh tempo pada Desember 2022.
Utang senilai US$ 631 juta pun berhasil ditukar menjadi mandatory convertible bond yang jatuh tempo pada Desember 2024. Restrukturisasi ini akan menjadikan likuiditas BUMI semakin membaik dan turut menurunkan beban bunga jadi US$ 600 juta. Di saat yang sama, Moody's juga menaikkan peringkat surat utang Eterna Capital Pte Ltd, anak usaha yang sepenuhnya dimiliki dan dijamin oleh BUMI. Rinciannya, senior secured notes seri A sebesar US$ 487,7 juta menjadi B3 dan senior secured notes seri B sebesar US$ 522,4 juta menjadi Caa1. Keduanya jatuh tempo Desember 2022. "Peningkatan peringkat BUMI menjadi B3 mencerminkan kemampuan mereka bangkit dari kebangkrutan dengan jumlah utang yang lebih sedikit," ujar Analis Moody's Maisam Hasnain dalam keterangan resmi yang dirilis Jumat (15/12). Selain itu, tidak ada utang yang bakal jatuh tempo hingga Desember 2022. Bersih-bersih utang Bagi BUMI, pergerakan harga batubara memang menjadi salah satu penentu untuk membersihkan seluruh utangnya. Menurut hitungan manajemen BUMI, dengan level harga batubara saat ini pun BUMI mampu melunasi utangnya lebih cepat. Awal pekan ini, kontrak harga batubara teraktif di bursa komoditas Rotterdam menguat 0,58% menjadi US$ 95,80 per metrik ton. "Dengan level harga batubara saat ini, kami optimistis bisa melunasi residual debt US$ 600 miliar dalam 18 bulan, dan sisa US$ 600 juta untuk 18 bulan berikutnya," ujar Dileep Srivastava, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan BUMI, kemarin. Sebagaimana diketahui, BUMI telah mengonversi utangnya ke sejumlah instrumen restrukturisasi. Kewajiban US$ 600 juta itu mengacu pada dua fasilitas restrukturisasi, yakni tranche A dan B, dengan nilai masing-masing US$ 600 juta. Kedua tranche ini memiliki tenor lima tahun sejak tanggal efektifnya awal pekan lalu. Dengan kata lain, jika harga batubara stabil seperti saat ini, BUMI mampu melunasi kewajiban kedua tranche tersebut dalam waktu lebih singkat, yakni 3 tahun. Tahun depan bakal menjadi momentum bagi BUMI untuk fokus membersihkan utang-utangnya. "Sehingga kami bisa kembali memberikan dividen sesegera mungkin," imbuh Dileep. Analis First Asia Capital David Sutyanto menilai kenaikan rating secara garis lurus mencerminkan fundamental BUMI yang lebih positif. "Setidaknya, ada perbaikan," ujar dia.
Tapi, bukan berarti risikonya mengecil. Terutama dari rating S&P, rating CCC masih menunjukkan risiko yang perlu menjadi pertimbangan serius pelaku pasar jika ingin masuk ke saham BUMI. "Minimal B, itu baru benar-benar aman," tambah David. Karena itu, ia belum merekomendasikan saham BUMI, mengingat risikonya masih tinggi. Tasrul, analis Mirae Asset Sekuritas, menyebutkan, secara teknikal resistance terdekat saham BUMI di level Rp 292 per saham. Adapun strong support di level Rp 248 per saham. "Saat ini harga saham BUMI berada di bawah level akumulasi dan berpotensi naik ke posisi Rp 280 dan berikutnya ke Rp 292," jelas Tasrul. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini