Peringkat utang turun, saham Tiga Pilar dan taksi Express diprediksi underperform



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo merevisi turun (downgrade) rating obligasi yang diterbitkan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) dan PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI). Obligasi I Tahun 2013 yang diterbitkan AISA telah di-downgrade dari idBBB menjadi idBB+. Begitu pula dengan peringkat Obligasi I tahun 2014 yang diterbitkan TAXI. Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar berpendapat bahwa penurunan rating tersebut sebagai hal yang wajar. Hal ini dipicu oleh rasio utang dua emiten tersebut yang dinilai William terlalu tinggi. Ia mencatat debt to equity ratio (DER) AISA sudah mencapai 1,17 kali, sedangkan TAXI memiliki DER 3,55 kali. William melanjutkan bahwa utang menjadi hal yang krusial dalam bisnis. Ketika utang membengkak, maka perusahaan juga harus membayar beban bunga yang besar.

“Masih mending jika emiten tersebut untung, jika rugi, itu bukan hanya membahayakan kreditur, namun juga pemegang saham. Sama halnya dengan apa yang terjadi dengan AISA dan TAXI,” ujar William, Selasa (16/1). Ke depannya, William memprediksikan bahwa TAXI masih akan underperform sepanjang tahun 2018. Kecuali manajemen memiliki strategi khusus untuk dapat memperbaiki kinerja perseroan. Meski demikian, di tahun ini menurut William ada ASEAN Games 2018 yang bisa dimanfaatkan emiten taksi putih tersebut. Perhelatan dunia ini tentunya akan meningkatkan frekuensi transportasi asal di kota-kota besar. Namun, William tak menampik bahwa persaingan kian ketat di tengah derasnya transportasi online. “Beban utang TAXI sendiri sudah mencapai 59% dari total pendapatan di kuartal III/2017. Sementara hold dulu untuk saham TAXI sambil menunggu kebijakan terbaru dari manajemen ke depannya,” ujar William. Sementara itu, untuk AISA, William menilai bahwa langkah manajemen untuk divestasi bisnis berasnya kemungkinan akan menjadi tantangan baru. Hal ini berimbas hilangnya potensi pendapatan yang signifikan. William mencontohkan, di kuartal III-2017, bobot penjualan beras aja mencapai 56%. Di sisi lain dari bisnis manufaktur meskipun bobotnya kecil, William menilai ada pertumbuhan yang berarti. “Saya rasa AISA butuh waktu untuk kembali menstabilkan posisi keuangan dan fundamentalnya,” ujar William. Terkait rating PEFINDO, penurunan rating AISA dinilai William sebagai cerminan meningkatnya risiko refinancing perseroan. AISA memiliki surat utang Rp900 M yang akan jatuh tempo pada tanggal 5 April 2018.

Adapun likuiditas perusahaan terbilang ketat di mana kas AISA sepanjang kuartal III/2017 hanya sebesar Rp126,3 Miliar. “Sama seperti TAXI, saya masih memberikan rating underperform untuk AISA sepanjang tahun 2018 ini,” imbuhnya.


 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina