Periode emas investasi properti di China selesai



BEIJING. China Vanke Co, pengembang properti terbesar di China kini membidik pasar perumahan yang digunakan sebagai tempat tinggal. Perusahaan tak lagi membangun aset properti yang ditempeli janji kenaikan investasi. Presiden China Vanke, Yu Liang menilai, era emas investasi properti di China sudah selesai. "Periode di mana orang-orang bisa menambah uang dari properti sudah hilang," kata Yu di Dongguan, Provinsi Guangdong, awal pekan ini. Vanke menilai, masa investasi di properti tertekan oleh pelambatan ekonomi, sehingga perusahaan akan membangun properti seperti rumah yang memang merupakan kebutuhan tempat tinggal. Yu bilang, pasar di China masih besar dan akan fokus ke properti residensial selama 10 tahun mendatang. Harga properti di China sejatinya masih terus menanjak. Menurut Biro Statistik Nasional setempat, nilai penjualan rumah baru yang terjual sepanjang tahun 2013 naik 27% dibanding tahun 2012, menjadi CNY 6,8 triliun (US$ 1,1 triliun). Namun Vanke membaca ketidakseimbangan permintaan dan harga properti. Menurut data pemerintah per April, harga perumahan di China naik ke level tertinggi selama 1,5 tahun, padahal permintaan turun 18% per Maret. Lembaga pemeringkat Moody's memperkirakan, pertumbuhan penjualan rumah akan melambat, dan mungkin hanya tumbuh 5% di tahun ini, berbanding pertumbuhan 27% di tahun lalu. Vanke mengaku sudah jor-joran memberi diskon di tahun ini namun tak mendorong penjualan properti high-end, yang biasanya memiliki fungsi investasi. Tak hanya Vanke, menurut China Real Estate Information Corp, pengembang besar seperti Greentowns China Holdings Ltd juga melakukan strategi serupa.Selain fokus pada hunian berukuran kecil dan menengah, Vanke juga berminat membangun properti industrial dan rumah jompo.

Per akhir 2013, Vanke mencatat kenaikan angka penjualan dan laba bersih 21% year on year menjadi CNY 170,8 miliar dan CNY 15,12 miliar. Perusahaan ini juga masih memiliki kas CNY 44,4 miliar untuk berinvestasi.


Editor: Sanny Cicilia