Peritel lokal siap hadapi serbuan peritel asing



JAKARTA. Peritel asing gencar menyerbu pasar Indonesia. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) melihat salah satu faktor yang menarik minat peritel asing adalah regulasi di Indonesia yang terbilang longgar.

"Memang peraturan yang ada sangat memungkinkan mereka untuk masuk," ujar Rudy RJ Sumampouw, Sekretaris Jenderal Aprindo ketika dihubungi KONTAN, Senin (22/4). Oleh karena itu, dia mengusulkan pemerintah membuat perlakuan khusus bagi peritel asing. Kalau tidak ada proteksi, Rudy mengkhawatirkan nantinya pasar dan lokasi strategis akan dikuasai oleh peritel asing yang memiliki modal cukup besar.

Sebenarnya, peritel asing yang berniat berekspansi ke Indonesia sudah dibatasi berdasarkan jenis dan luas gerainya, seperti diatur dalam regulasi daftar negati investasi (DNI) yang tertuang dalam Peraturan Presiden Indonesia Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang tertutup dan Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.


Namun, menurut Rudy, beleid tersebut belum cukup lantaran belum mengatur lokasi. "Seharusnya, peritel asing hanya boleh membuka gerai di kota besar. Sedangkan kota kecil yang pasarnya tidak terlalu besar mohon ditinjau kembali," paparnya.

Sementara itu dua peritel dalam negeri, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk dan PT Trans Ritel Indonesia (dulu PT Carrefour Indonesia) mengaku siap berkompetisi. Keduanya percaya diri karena merasa lebih memahami konsumen.

Solihin, Direktur Sumber Alfaria Trijaya, menilai regulasi yang ada saat ini sudah cukup melindungi peritel lokal. Misalnya peraturan yang mengharuskan peritel memberi waralaba. "Dengan banyaknya peritel asing yang masuk, justru menandakan potensi pasar Indonesia besar," ujar Solihin. Saat ini Sumber Alfaria sudah membawahi sekitar 7.000 gerai minimarket Alfamart, di mana 30% dari total gerai sudah diwaralabakan.

Senada dengan Solihin, Head of Public Affairs Trans Ritel Satria Hamid Ahmadi juga berpendapat kompetisi sebagai hal yang tak bisa dihindari di industri ritel global. Pada akhirnya konsumen yang menentukan. "Terbukti, banyak juga peritel asing dengan modal besar yang akhirnya hengkang," ujar dia. Trans Ritel yang menjadi perusahaan nasional setelah diakuisisi CT Corp kini memiliki 81 gerai hipermarket Carrefour.

Seperti diberitakan sebelumnya, puluhan peritel raksasa dari luar negeri menyerbu Indonesia. Konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) mencatat, sedikitnya tiga peritel siap membuka gerai perdana mulai tahun ini, yaitu Lotte, Galeries Lafayette, dan Central (KONTAN, 18 April 2013).

Head of Research JLL Anton Sitorus memprediksi serbuan peritel asing masih berlanjut hingga beberapa tahun ke depan. Sebab, dari 10 besar pemain ritel global, baru satu di antaranya, yaitu Carrefour yang sudah mulai menggarap pasar Indonesia.

Masih ada sembilan lagi, yaitu Walmart, Tesco, Metro, Kroger, Costco, Schwarz, Aldi, Walgreen dan The Home Depot. "Mereka berpotensi masuk ke Indonesia," ujar Anton, belum lama ini.

Peritel asal Amerika Serikat, Walmart,  sebenarnya pernah membuka gerai di Indonesia pada pertengahan 1990-an. Namun gerai yang berada di Supermal Karawaci Tangerang tersebut akhirnya ditutup ketika terjadi kerusuhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro