Peritel modern juga kesulitan mendapat daging sapi



JAKARTA. Bukan hanya pedagang kecil, peritel besar pun resah dengan minimnya pasokan dan lonjakan harga daging sapi belakangan ini. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengaku kesulitan memperoleh daging akibat tersendatnya pasokan. Di sisi lain, harga yang dipatok oleh pemasok cenderung melambung tinggi.

"Pasokan daging harian untuk anggota Aprindo merosot tajam," ungkap Satria Hamid, Wakil Sekretaris Jenderal Aprindo kepada KONTAN, Senin (19/11).

Selama bulan ini, Aprindo hanya menerima pasokan daging sapi rata-rata sebanyak 17,6 ton per hari. Jumlah tersebut anjlok 50% dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 35,2 ton per hari. Hukum besi ekonomi pun berlaku. Tersendatnya pasokan daging sapi otomatis mengerek harga di pasaran.


Harga daging sapi top side dari kelas medium hingga premium di pasar modern sudah mencapai Rp 135.000 hingga Rp 150.000 per kilogram. Harga tersebut sudah melonjak 60% dibanding harga pada posisi Agustus 2012 yang berkisar Rp 80.000 hingga Rp 90.000 per kg. "Keadaan ini bisa merugikan konsumen karena daging sapi sulit diperoleh dan harganya sudah melambung tinggi," ungkap Satria.

Aprindo memproyeksikan total kebutuhan daging sapi oleh pasar modern di tahun ini mencapai 12.700 ton. Perinciannya, sebanyak 6.500 ton untuk hipermarket dan 6.700 ton untuk supermarket.

Namun ada kabar gembira. Setelah empat hari mogok jualan, para pedagang daging sapi se-Jabodetabek yang tergabung dalam Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) mulai membuka lapak lagi sejak kemarin.

Hanya saja harga daging belum juga melandai. Asnawi, Ketua Dewan Pimpinan Pusat APDI, menyatakan, harga daging karkas masih di kisaran Rp 72.000 hingga Rp 74.000 per kg. Dus, harga di tingkat eceran bertahan Rp 90.000 per kg. Untuk itu, APDI mendesak pemerintah serius mengatasi tersendatnya pasokan daging sapi.

Caranya, antara lain, dengan mengkaji ulang hasil survei pasokan daging sapi lokal. Hasil survei 2011 menyebutkan, populasi sapi potong di Indonesia mencapai 14,8 juta ekor. Namun faktanya pasokan daging sapi tersendat sehingga menyebabkan harganya melonjak dan tak terjangkau pedagang kecil.

Namun Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Syukur Iwantoro, menyatakan, kelangkaan itu bukan karena persediaan sapi di dalam negeri tak mencukupi, tetapi sistem distribusi yang kurang efektif. Karena itu, Kementerian Pertanian akan bekerjasama dengan Kementerian Perhubungan dan TNI AL untuk mempermudah pengangkutan sapi ke sentra daging seperti di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro