KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Industri ritel kini tengah mengalami tantangan berupa perubahan pola konsumsi. Salah satu pola konsumsi yang berubah adalah keinginan membeli yang lebih praktis. Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Roy Nicholas Mandey meyakini bahwa sebetulnya tidak ada yang berubah dari daya beli masyarakat yang mengakibatkan beberapa peritel tutup. Cara belanja konsumen kini, tidak lagi datang ke supermarket setiap bulannya. Baca Juga: Aprindo: PHK di sektor ritel bukan karena menurunnya daya beli masyarakat Tetapi, konsumen hanya membeli apa yang diperlukan dalam waktu dekat saja. Karenanya, kunjungan ke hypermarket, yang memiliki luasan 5.000 meter persegi, berkurang sementara kunjungan ke mini market lebih tinggi. “Kalau dulu belanja itu bulanan, sekarang lebih baik belanja untuk keperluan jangka pendek ke pusat perbelanjaan yang paling dekat,” katanya kepada Kontan.co.id pada Kamis (12/9). Perubahan pola konsumsi itu juga menurunkan potensi nilai transaksi dari konsumen. Kata Roy, saat konsumen mengunjungi hypermarket ketimbang toko ritel yang lebih kecil, kemungkinan pembelian impulsif lebih besar.
Peritel tengah menghadapi perubahan pola konsumsi konsumen
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Industri ritel kini tengah mengalami tantangan berupa perubahan pola konsumsi. Salah satu pola konsumsi yang berubah adalah keinginan membeli yang lebih praktis. Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Roy Nicholas Mandey meyakini bahwa sebetulnya tidak ada yang berubah dari daya beli masyarakat yang mengakibatkan beberapa peritel tutup. Cara belanja konsumen kini, tidak lagi datang ke supermarket setiap bulannya. Baca Juga: Aprindo: PHK di sektor ritel bukan karena menurunnya daya beli masyarakat Tetapi, konsumen hanya membeli apa yang diperlukan dalam waktu dekat saja. Karenanya, kunjungan ke hypermarket, yang memiliki luasan 5.000 meter persegi, berkurang sementara kunjungan ke mini market lebih tinggi. “Kalau dulu belanja itu bulanan, sekarang lebih baik belanja untuk keperluan jangka pendek ke pusat perbelanjaan yang paling dekat,” katanya kepada Kontan.co.id pada Kamis (12/9). Perubahan pola konsumsi itu juga menurunkan potensi nilai transaksi dari konsumen. Kata Roy, saat konsumen mengunjungi hypermarket ketimbang toko ritel yang lebih kecil, kemungkinan pembelian impulsif lebih besar.