JAKARTA. Tutupnya seluruh gerai Seven Eleven sejak 30 Juni 2017 lalu menjadi cermin sulitnya peritel dengan model Convenience Store untuk tumbuh. Sevel bukan satu-satunya convenience store yang menjadi korban, tetapi masih banyak peritel dengan model tersebut yang merugi dsn meredefinisi bisnisnya. Roy N Mandey, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengatakan bahwa banyak peritel dengan model convenience store merubah bisnisnya. Hal ini dilakukan untuk menjaga keberlanjutan usahanya, agar tidak tutup seperti yang dilakukan oleh Sevel. "Convenience store bukan tutup, tetapi merevisi formatnya. Dari yang tadinya convenience store menjadi minimarket atau menjadi restoran," ujarnya saat ditemui KONTAN, di Kementerian Perdagangan, Senin (17/7) kemarin.
Peritel tinggalkan model convenience store
JAKARTA. Tutupnya seluruh gerai Seven Eleven sejak 30 Juni 2017 lalu menjadi cermin sulitnya peritel dengan model Convenience Store untuk tumbuh. Sevel bukan satu-satunya convenience store yang menjadi korban, tetapi masih banyak peritel dengan model tersebut yang merugi dsn meredefinisi bisnisnya. Roy N Mandey, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengatakan bahwa banyak peritel dengan model convenience store merubah bisnisnya. Hal ini dilakukan untuk menjaga keberlanjutan usahanya, agar tidak tutup seperti yang dilakukan oleh Sevel. "Convenience store bukan tutup, tetapi merevisi formatnya. Dari yang tadinya convenience store menjadi minimarket atau menjadi restoran," ujarnya saat ditemui KONTAN, di Kementerian Perdagangan, Senin (17/7) kemarin.