Perkakas ACES masih laris manis



 JAKARTA. Di tengah pelemahan daya beli, PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) mencetak kinerja menggembirakan pada semester I-2017. Emiten perkakas rumah tangga ini mencetak pendapatan Rp 2,7 triliun, tumbuh 17% dibanding pendapatan semester I-2016 senilai Rp 2,3 triliun.

Sepanjang Juni tahun ini, pendapatan ACES juga tumbuh 32% year-on-year (yoy) menjadi Rp 546 miliar. Bukan hanya itu, ACES mampu mengerek rata-rata pertumbuhan penjualan per gerai atau same store sales growth (SSSG).

Selama Juni 2017, ACES mencatatkan SSSG secara nasional 22,8%. Di bulan yang sama, angka SSSG di luar Jawa paling tinggi, yakni sebesar 24,1%, sementara SSSG di Jawa (selain Jakarta) sebesar 23,5%. Sedangkan SSSG khusus di Jakarta tercatat paling rendah, yakni 20,5%.


Analis Samuel Sekuritas Indonesia Marlene Tanumihardja berpendapat, menguatnya pendapatan pada Juni tahun ini ditopang kenaikan volume penjualan. Ini merupakan buah dari sejumlah promosi yang digeber ACES dalam rangka menyambut bulan puasa dan hari raya Idul Fitri. "Selain itu, manajemen juga gencar melakukan pembaruan layout toko, sehingga lebih meningkatkan daya tarik bagi pengunjung," papar dia.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya menilai, saat ini ACES cukup diuntungkan oleh valuasi mata uang rupiah yang cenderung stabil terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Saat ini, rupiah diperdagangkan di level Rp 13.309 per dollar AS. Angka tersebut sudah menguat 1,22% dibandingkan posisi awal tahun ini di Rp 13.473 per dollar AS.

Fluktuasi nilai tukar memang turut mempengaruhi kinerja ACES. Pasalnya, sebesar 80% produk yang dipasarkan emiten ini merupakan barang impor. Menurut Christine, meski kini nilai tukar rupiah melampaui Rp 13.000 per dollar AS, pergerakannya tidak fluktuatif. Inilah yang menyebabkan pencapaian SSSG ACES bisa maksimal.

 "Apabila nilai tukar rupiah bisa terus stabil dan permintaan dari sektor properti lebih tinggi, maka kinerja ACES akan lebih kuat lagi," ungkap Christine.

Siklus bisnis ritelSelain pencapaian SSSG, perbaikan kinerja ACES juga tercermin dari tingkat penyimpanan barang di gudang. Menurut Christine, sejauh ini lama penyimpanan barang di gudang Ace Harware mengalami sedikit penurunan, dari sebelumnya 210 hari ke posisi 207 hari. Pada tahun ini, ACES menargetkan bisa mengurangi lama penyimpanannya hingga menjadi 200 hari.

Hanya saja, Mirae Asse Sekuritas melihat, kinerja ACES pada kuartal ketiga mungkin akan sedikit melemah. Secara siklus, biasanya dalam bisnis ritel, penjualan memang cenderung menurun pada kuartal ketiga, tetapi kembali meningkat di kuartal keempat setiap tahun. "Meski diuntungkan oleh tingkat daya beli masyarakat yang cenderung membaik dan perbaikan sektor properti, ACES masih mendapatkan sentimen negatif dari potensi pelemahan rupiah," kata Christine.

Sementara analis Indopremier Sekuritas Kevin Rusli lebih menyoroti keberhasilan pembukaan toko baru ACES yang sesuai rencana. Hingga kini ACES sudah berhasil membuka delapan toko baru dari target 10 toko. Emiten ini lebih fokus membuka toko yang lebih kecil sebagai kompensasi atas tingginya biaya rental. Dari 135 gerai ACES, sekitar 78% merupakan gerai dengan ruang lebih kecil.

Dari sisi kinerja keuangan, Kevin mengatakan pencapaian ACES pada pertengahan tahun sudah di atas ekspektasinya. "Kemungkinan pada semester pertama, ACES bisa memenuhi 49% dari target pendapatannya," kata dia.

Kevin memperkirakan, sepanjang tahun ini ACES bisa mengantongi penjualan sebesar Rp 5,49 triliun. Jumlah tersebut meningkat 11,41% dari pendapatan sepanjang tahun lalu yang mencapai Rp 4,94 triliun.

Oleh karena itu, Kevin merekomendasikan buy saham ACES dengan target harga sebesar Rp 1.260 per saham. Christine dan Marlene juga memasang rekomendasi buy untuk ACES dengan target harga masing-masing Rp 1.240 per saham dan Rp 1.300 per saham.

Harga saham ACES pada perdagangan kemarin (18/7) berhasil ditutup menguat 1,76% menjadi Rp 1.155 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini