JAKARTA. Pengamat perbankan syariah, Rizqullah, mengkritisi lambatnya perkembangan market share perbankan syariah dibanding perbankan umum nasional. Kondisi ini disebabkan pemerintah hanya jadi penonton dalam perkembangan bisnis perbankan syariah."Seharusnya pemerintah tidak hanya berwacana. Tetapi menelurkan kebijakan yang nyata," kata Rizqullah pada KONTAN, Senin (3/3). Sebagai contoh, pemerintah mestinya bisa mengatur secara tegas agar menempatkan sebagian dana APBN ataupun APBD seluruh Indonesia ke bank-bank syariah. Nyatanya hal ini tidak pernah dilakukan sampai sekarang.Mantan Direktur Utama BNI Syariah ini juga mengakui sosialisasi dan edukasi manfaat perbankan syariah kepada masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim masih sangat kurang. "Tapi industri perbankan syariah kita sebetulnya sudah jauh lebih maju dibanding 10 tahun silam," ujar Rizqullah.Rizqullah juga mengingatkan market share bukan satu-satunya tolak ukur untuk mengetahui perkembangan perbankan syariah. Aspek lain seperti jumlah nasabah, jangkauan pelayanan kantor cabang juga harus diperhitungkan. "Harus diingat, kiprah bank umum konvensional sudah jauh lebih lama," pungkas Bendahara Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) ini.Sebagaimana diketahui, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan per Desember 2013, total aset bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) mencapai Rp 233,12 triliun. Hanya 4,70% dari total aset perbankan umum nasional sebesar Rp 4.954,46 triliun.Pertumbuhan aset perbankan syariah amat lambat. Nyatanya pada 2012, total aset BUS dan UUS mencapai Rp 195,01 triliun. Hanya 4,63% dari total aset perbankan umum nasional sebesar Rp 4.211,03 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Perkembangan market share perbankan syariah lambat
JAKARTA. Pengamat perbankan syariah, Rizqullah, mengkritisi lambatnya perkembangan market share perbankan syariah dibanding perbankan umum nasional. Kondisi ini disebabkan pemerintah hanya jadi penonton dalam perkembangan bisnis perbankan syariah."Seharusnya pemerintah tidak hanya berwacana. Tetapi menelurkan kebijakan yang nyata," kata Rizqullah pada KONTAN, Senin (3/3). Sebagai contoh, pemerintah mestinya bisa mengatur secara tegas agar menempatkan sebagian dana APBN ataupun APBD seluruh Indonesia ke bank-bank syariah. Nyatanya hal ini tidak pernah dilakukan sampai sekarang.Mantan Direktur Utama BNI Syariah ini juga mengakui sosialisasi dan edukasi manfaat perbankan syariah kepada masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim masih sangat kurang. "Tapi industri perbankan syariah kita sebetulnya sudah jauh lebih maju dibanding 10 tahun silam," ujar Rizqullah.Rizqullah juga mengingatkan market share bukan satu-satunya tolak ukur untuk mengetahui perkembangan perbankan syariah. Aspek lain seperti jumlah nasabah, jangkauan pelayanan kantor cabang juga harus diperhitungkan. "Harus diingat, kiprah bank umum konvensional sudah jauh lebih lama," pungkas Bendahara Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) ini.Sebagaimana diketahui, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan per Desember 2013, total aset bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) mencapai Rp 233,12 triliun. Hanya 4,70% dari total aset perbankan umum nasional sebesar Rp 4.954,46 triliun.Pertumbuhan aset perbankan syariah amat lambat. Nyatanya pada 2012, total aset BUS dan UUS mencapai Rp 195,01 triliun. Hanya 4,63% dari total aset perbankan umum nasional sebesar Rp 4.211,03 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News