Perkembangan pembicaraan dagang AS dan China kerek harga aluminium



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sepekan lalu, harga aluminium melemah, tapi pada perdagangan Selasa (26/3), harga aluminium terkerek naik karena masih terkena dampak dari permasalahan produksi pada produsen aluminium besar.

Mengutip Bloomberg, harga aluminium kontrak tiga bulanan di London Metal Exchange (LME), naik 0,27% ke US$ 1.888 per metrik ton. Sementara, selama sepekan lalu, harga aluminium turun 2,5% dari US$ 1.937 per metrik ton.

Senior Research Asia Tradepoint Futures Cahyo Dewanto mengatakan sepekan lalu harga aluminium melemah karena perundingan dagang AS dan China belum memiliki perkembangan yang positif.


Selain itu, pelaku pasar juga dibayangi kekhawatiran resesi global yang semakin muncul ke permukaan setelah hasil yield imbal hasil tiga bulan obligasi AS lebih tinggi dari imbal hasil yield 10 tahun.

"Pasar melihat pergerakan yield di AS sebegai tanda-tanda resesi global dan hal ini membuat pada sepekan lalu harga aluminium meleleh." kata Cahyo, Rabu (27/3).

Sementara, pada Selasa (26/3) harga aluminium sudah terkerek naik. Cahyo berpendapatan naiknya harga aluminium karena terjadi putus pasokan atau terjadi jeda dari produsen aluminium terbesar di dunia, yaitu Nork Hydro.

Produksi aluminium bermasalah setelah terjadi serangan ransomware pada sistem digital produksi. Alhasil, produksi dilakukan secara manual dan membuat aktivitas produksi aluminium menurun dan harga terkerek naik.

Cahyo memproyeksikan kenaikan harga aluminium akan terus berlanjut karena didukung sentimen perkembangan perang dagang AS dan China yang semakin menuju arah keputusan yang berdampak positif bagi pasar.

"China menyanggupi untuk mengimpor hasil ternak babi dari AS sebesar 300.000 ton, ini merupakan sinyal bagus untuk proses perundingan dagang," kata Cahyo.

Tentunya, hal tersebut membuat produsen China mulai menaikkan kembali permintaan aluminium.

Cahyo merekomendasikan buy dengan rentang harga Rabu (27/3) di US$ 1.890 per metrik ton-US$ 1.905 per metrik ton. Sementara untuk sepekan, harga aluminium diproyeksikan berada di US$ 1.825 per metrik ton-US$1.950 per metrik ton.

Secara teknikal, Cahyo menilai indikator MA 50, 100, memberi sinyal buy, begitu pun dengan RSI yang berada di level 14. MACD berada di level 12,26 dan mengindikasikan buy.

Sementara, MA 200 memberikan sinyal sell dan Stochastic berada di level 9,6 memberikan sinyal netral.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto