KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permodalan perbankan di Indonesia semakin kuat di tengah pandemi Covid-19. Hal ini tercermin dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menunjukkan posisi Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) alias
capital adequacy ratio (CAR) yang terus meningkat menjadi 24,55% di Februari 2021. Hal ini seiring dengan bertambah banyaknya bank umum kelompok usaha (BUKU) IV bermodal inti di atas Rp 30 triliun. Hingga Januari 2021, terdapat delapan BUKU IV yang beroperasi di Indonesia. Ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Lalu PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), PT Bank Panin Tbk (PNBN), PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), dan PT Bank Permata Tbk (BNLI).
Adapun Bank Permata baru dapat menjalankan kegiatan usaha BUKU IV terhitung tanggal 20 Januari 2021. Hal itu mengacu kepada POJK No.6/POJK.03/2016 tanggal 26 Januari 2016 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank.
Baca Juga: Awal tahun, permintaan kredit konsumsi lebih deras dari kredit produktif Sementara itu, bank menengah yang paling berpotensi bisa naik kelas ke BUKU 4 dalam tahun ini adalah PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP). Rapat umum pemegang saham tahun (RUPST) OCBC NISP telah penetapan penggunaan seluruh laba bersih buku 2020 sebesar Rp 2,1 triliun untuk memperkuat posisi permodalan. “Kami melihat kebijakan dividen ini sebagai strategi jangka panjang. Terutama pada masa pandemi yang masih jauh dari berlalu. Sehingga kami akan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian,” papar Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja secara virtual, Senin (12/4). Direktur Keuangan OCBC NISP Hartati menyatakan dengan mengalokasikan laba bersih senilai Rp 2,1 triliun, maka modal inti bank di penghujung 2020 sebesar Rp 29 triliun. Artinya jika tahun ini dapat menambah modal inti Rp 1 triliun saja, perseroan bisa langsung menjadi BUKU 4. Selain itu, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) juga memiliki ambisi menjadi bank BUKU 4. Hal ini pernah diungkapkan oleh Direktur Utama BSI Hery Gunardi saat akan proses penggabungan tiga bank syariah BUMN yakni Bank Mandiri Syariah, BNI Syariah, dan BRI Syariah akan dilakukan. “Pasca merger modal Bank Syariah Indonesia akan mencapai Rp 20,4 triliun, dan harapannya bisa menjadi BUKU 4 pada awal 2022 dari
return earning, dan tambahan
rights issue,” ujarnya dalam paparan daring pada awal tahun. Hal yang lebih terang terkait rights issue datang dari Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo. Ia mengatakan BSI akan melakukan
rights issue dengan target dana hingga US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.400 per dolar AS. "Rights issue BSI ini sebagai bagian untuk memenuhi aturan free float dan juga untuk menemukan investor strategis," kata Kartika secara virtual.
Baca Juga: Permintaan kredit konsumsi melaju lebih kencang ketimbang kredit produktif PT Bank BTPN Tbk (BTPN) juga punya kans besar untuk menjadi BUKU 4 tahun ini. Hingga Desember 2020, modal inti perseroan telah mencapai Rp 29,42 triliun. Sehingga cuma butuh sekitar 580 miliar lagi untuk menjadi BUKU 4.
Dalam catatan KONTAN, Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati sebelumnya juga pernah menyinggung hal ini. Meski kekurangan modalnya mini, target tersebut bisa diwujudkan secara organik dalam beberapa tahun mendatang. Strategi organik juga dicanangkan PT Bank Mega Tbk (MEGA) untuk jadi BUKU 4 pada 2025. Target ini memang cukup ambisius mengingat akhir tahun lalu, modal inti bank milik taipan Chairul Tanjung ini masih Rp 17,54 triliun meningkat dibandingkan 2019 sebesar Rp 14,68 triliun. Artinya perseroan masih butuh Rp 12,56 triliun lebih untuk menjadi BUKU 4. “Penambahan modal akan dilakukan secara organik melalui laba perusahaan atau retain earning,” ujar Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib kepada Kontan.co.id pada Senin (12/4).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi