Perkuat permodalan, sejumlah bank ini melirik pendanaan lewat rights issue dan IPO



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagai upaya untuk memperkuat permodalan, sejumlah bank melirik pendanaan di pasar modal. Skema yang dipilih lewat pencatatan saham perdana alias initial public offering (IPO) maupun penawaran saham terbatas atau rights issue.

Salah satu bank yang berencana menggelar IPO tahun ini adalah PT Bank Kesejahteraan Ekonomi. Rencananya, BKE akan menggelar IPO sekitar April-Juni 2019. "Kami berani IPO karena market memang lagi bagus. Tahun politik tidak jadi masalah bagi kami, selama tidak ada ricuh kondisi pasar tetap akan positif." kata Direktur Utama BKE Sasmaya Tuhuleley pada Kontan,co.id, Jumat (8/2). 

Saat Bank Kesejahteraan Ekonomi tengah mempersiapkan proses IPO. Perusahaan telah menunjuk dua sekuritasa sebagai penjamin emisi atau under writer yang akan mengawal aksi korporasi tersebut yakni Bahan Sekuritas dan Mirae Asset Sekuritas.


IPO Bank Kesejahteraan Ekonomi ini akan menggunakan laporan keuangan Desember 2018. Dana dari penawaran saham perdana itu akan dipakai untuk penguatan modal mereka dalam mendukung penyaluran kredit di sektor koperasi PNS, pensiun, kredit pemilikan rumah (KPR) dan konstruksi perumahan.

Sebelumnya BKE menargetkan dapat menghimpun dana segara sekitar Rp 200 miliar-Rp 300 miliar dari IPO tersebut. Hanya saja, Sasmaya belum bersedia menyebutkan jumlah saham yang akan dilepas ke publik.

Tahun ini, akan mulai gencar mengembangkan penyaluran KPR. "KPR ini bisa memperluas bisnis kita yang lain. Sebetulnya kami dulu adalah bank terbesar ketiga sebagai penyalur KPR tetapi berhenti 10 tahun yang lalu dan sekarang mau kami genjot lagi," jelas Sasmaya.

Seusai IPO, Bank Kesejahteraan Ekonomi juga berencana untuk menerbitkan surat utang pada semester II-2019 dengan target dana sekitar Rp 200 miliar-Rp 300 miliar. Alternatif yang dijajaki antara negotiable certificate of deposit (NCD) dan medium term notes (MTN).

Selain BKE, PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk (MCOR) juga merencanakan aksi korporasi tahun ini. Bank yang akrab disebut CCB Indonesia ini berencana melakukan rights issue tahun ini guna memperkuat permodalan sehingga naik BUKU dari II ke BUKU III. Saat ini modal inti bank ini masih sekitar Rp 2,6 triliun.

Andreas Basuki, Sekretaris Perusahaan Bank CCB Indonesia mengatakan, update rencana rights issue dan target dana yang ingin dihimpun belum bisa disampaikan. "Belum waktunya disampaikan ke publik," ujarnya.

Sebelumnya Direktur Keuangan CCB Indonesia Chandra N T Siagian mengatakan, managemen tengah mempersiapkan rencana rights issue itu dan diharapkan dalam waktu dekat akan menyampaikan rencana tersebut ke OJK serta akan segera meminta restu dari Rapat Umum Pemegang Saham(RUPS).

Kemudian ada juga PT Bank MNC Internasional Tbk yang sudah mengagendakan rencana penambahan modal. Dua cara yang disiapkan oleh emiten bersandi saham BABP ini, yaitu penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue, dan penambahan modal tanpa HMETD atau private placement.

Untuk rights issue, BABP akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 4,12 miliar saham seri B dengan nilai nominal Rp 50, disertai dengan penerbitan waran seri V sebanyak-banyaknya 6,18 miliar dengan setiap satu waran seri V dapat ditukar dengan satu saham seri B dengan nilai nominal Rp 50.

Berdasarkan keterbukaan informasi BABP, Kamis (31/1), seluruh dana yang diperoleh dari rights issue ini akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan dalam rangka mendukung target untuk meningkatkan aset produktif antara lain melalui pemberian kredit, penempatan dana dan pembelian surat berharga dengan tetap memperhatikan ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM).

Lewat private placement, Bank MNC akan menjual sebanyak-banyaknya 2,17 miliar saham, yang jumlahnya setara dengan 10% dari seluruh saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh di dalam perusahaan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi