Perlambatan Ekonomi di China Berpengaruh Terhadap Prospek Ekonomi Asia



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva memperingatkan tekanan inflasi dan perlambatan ekonomi di China sebagai risiko terhadap prospek ekonomi Asia.

Seperti dilaporkan Reuters, IMF meminta para pembuat kebijakan untuk membangun kembali penyangga ekonomi terhadap tantangan di masa depan. Presiden Asian Development Bank Masatsugu Asakawa juga mendesak para pembuat kebijakan di Asia agar mewaspadai tanda-tanda arus keluar modal yang tiba-tiba terdorong oleh kenaikan suku bunga  Amerika Serikat.

“Kami sudah melihat risiko pengetatan agresif kebijakan moneter AS untuk melawan inflasi yang dapat memicu pembalikan arus modal secara tiba-tiba atau depresiasi mata uang yang tajam,” kata Asakawa dalam pesan video yang disiarkan di forum ASEAN+3 yang diadakan di Singapura.


Baca Juga: Kota-kota di China Melonggarkan Pembatasan, Kebijakan Nol-COVID Semakin Jauh

Georgieva mengatakan, ekonomi yang terdiri dari Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) adalah "titik terang" dalam ekonomi global dengan pertumbuhan yang diproyeksikan sebesar 5% tahun ini dan sedikit menurun pada tahun 2023.

Namun, Georgieva memperingatkan bahwa prospeknya sangat tidak pasti dan didominasi oleh risiko, seperti dampak dari perang Rusia di Ukraina, pengetatan keuangan global, dan perlambatan pertumbuhan China.

“Tantangan global yang mendesak lainnnya ialah inflasi. Diperkirakan rata-rata hanya 4% di Asia tahun ini. Tapi tekanan inflasi di kawasan meningkat,” kata Georgieva.

Georgieva menjelaskan, bahwa tidak tahu berapa lama masalah ini akan berlangsung dan apakah kejutaan lain akan datang.  "Kita perlu bangkit untuk membangun kembali dan membuat kebijakan dengan kebaikan sepenuhnya,” katanya pada forum yang sama.

Pembatasan COVID yang ketat di China telah membebani pertumbuhan global yang melambat dengan meredam aktivitas ekonomi domestik dan mengganggu rantai pasokan untuk produsen di seluruh dunia. Dampak dari perlambatan China sangat menyakitkan di Asia, di mana aktivitas pabrik merosot di seluruh wilayah pada bulan November 2022.

Baca Juga: Menilik Dampak Pembatasan Covid-19 Terhadap Olahraga dan Bisnis Ekonomi China

Beberapa negara berkembang juga terpaksa menaikkan suku bunga untuk memerangi arus keluar modal yang disebabkan oleh kenaikan suku bunga AS. Pada forum tersebut, Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda mengatakan bahwa tidak melihat risiko yang signifikan dari Asia yang tiba-tiba kehilangan kepercayaan atau krisis keuangan baru.

Tetapi Kuroda memperingatkan agar tidak berpuas diri karena beberapa negara Asia melihat buffer kebijakan mereka berkurang, setelah pengeluaran besar untuk melawan pandemi COVID-19.

Kuroda bilang, pembuat kebijakan di ASEAN harus waspada terhadap risiko. Selain itu, perlu melakukan komunikasi yang jelas, memadai, dan tepat waktu untuk menghindari hasil yang tidak diinginkan.

Editor: Handoyo .