JAKARTA. PT AKR Corporindo Tbk telah menyiapkan cara untuk memperlancar bisnisnya menghadapi ketentuan setiap importir hanya boleh punya satu Angka Pengenal Impor (API) untuk satu jenis produk. Perusahaan distributor bahan bakar minyak (BBM) dan bahan kimia dasar ini membentuk anak usaha bernama PT AKR Niaga Indonesia, yang akan bergerak di bidang perdagangan umum dan jasa.Perusahaan berkode saham AKRA ini memang harus mencari cara supaya bisa tetap mengimpor BBM dan bahan kimia seperti yang dilakoni selama ini. Hal itu terkait terbitnya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2012 tentang Ketentuan API. Beleid itu menyebut, setiap importir hanya boleh memiliki satu jenis API. Itu artinya, AKR Corporindo hanya boleh mengimpor satu produk, entah BBM atau bahan kimia. Dengan demikian, agar bisa mengimpor kedua jenis produk tersebut seperti dilakukan selama ini, AKRA harus memiliki dua perusahaan.Manajemen AKRA dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dirilis 16 Agustus 2012 menyatakan, perusahaan baru itu hasil patungan antara perseroan dengan anak usaha lainnya, PT Andahanesa Abadi. Modal dasar pendirian AKR Niaga Rp 40 miliar. AKRA memegang 99,99% saham.Direktur AKR Corporindo Suresh Vembu mengaku, perusahaan baru itu sengaja dibentuk menyusul terbitnya beleid Permendag yang baru. Namun, dia belum mengetahui persis produk apa yang akan diimpor melalui AKR Niaga Indonesia. Kemungkinan, perseroan sebagai induk usaha bakal mengimpor BBM, sedangkan AKR Niaga Indonesia mengimpor bahan kimia dasar. "Tapi kami fleksibel," ungkap Suresh, Kamis (23/8).Tahun lalu, AKRA mengimpor BBM dari Singapura dan Taiwan senilai Rp 1,6 triliun, dan bahan kimia dasar dari Eropa sebesar Rp 1 triliun. "Tahun ini mudah-mudahan bisa naik seiring permintaan industri," ujar Suresh. Hingga kuartal satu 2012, perseroan menorehkan pendapatan Rp 5,14 triliun, naik 18% dibanding periode yang sama 2011. Distribusi BBM masih menjadi kontributor utama pendapatan, yaitu mencapai 78% atau setara Rp 4,052 triliun. Diikuti, distribusi bahan kimia sekitar 15% atau Rp 747 miliar. Sisanya dari lini bisnis pabrikan, logistik, dan batubara.Suresh optimistis, tahun ini, AKRA bisa meraih pertumbuhan pendapatan 18%-20%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Perlancar bisnis, AKR Corporindo bikin anak usaha
JAKARTA. PT AKR Corporindo Tbk telah menyiapkan cara untuk memperlancar bisnisnya menghadapi ketentuan setiap importir hanya boleh punya satu Angka Pengenal Impor (API) untuk satu jenis produk. Perusahaan distributor bahan bakar minyak (BBM) dan bahan kimia dasar ini membentuk anak usaha bernama PT AKR Niaga Indonesia, yang akan bergerak di bidang perdagangan umum dan jasa.Perusahaan berkode saham AKRA ini memang harus mencari cara supaya bisa tetap mengimpor BBM dan bahan kimia seperti yang dilakoni selama ini. Hal itu terkait terbitnya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2012 tentang Ketentuan API. Beleid itu menyebut, setiap importir hanya boleh memiliki satu jenis API. Itu artinya, AKR Corporindo hanya boleh mengimpor satu produk, entah BBM atau bahan kimia. Dengan demikian, agar bisa mengimpor kedua jenis produk tersebut seperti dilakukan selama ini, AKRA harus memiliki dua perusahaan.Manajemen AKRA dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dirilis 16 Agustus 2012 menyatakan, perusahaan baru itu hasil patungan antara perseroan dengan anak usaha lainnya, PT Andahanesa Abadi. Modal dasar pendirian AKR Niaga Rp 40 miliar. AKRA memegang 99,99% saham.Direktur AKR Corporindo Suresh Vembu mengaku, perusahaan baru itu sengaja dibentuk menyusul terbitnya beleid Permendag yang baru. Namun, dia belum mengetahui persis produk apa yang akan diimpor melalui AKR Niaga Indonesia. Kemungkinan, perseroan sebagai induk usaha bakal mengimpor BBM, sedangkan AKR Niaga Indonesia mengimpor bahan kimia dasar. "Tapi kami fleksibel," ungkap Suresh, Kamis (23/8).Tahun lalu, AKRA mengimpor BBM dari Singapura dan Taiwan senilai Rp 1,6 triliun, dan bahan kimia dasar dari Eropa sebesar Rp 1 triliun. "Tahun ini mudah-mudahan bisa naik seiring permintaan industri," ujar Suresh. Hingga kuartal satu 2012, perseroan menorehkan pendapatan Rp 5,14 triliun, naik 18% dibanding periode yang sama 2011. Distribusi BBM masih menjadi kontributor utama pendapatan, yaitu mencapai 78% atau setara Rp 4,052 triliun. Diikuti, distribusi bahan kimia sekitar 15% atau Rp 747 miliar. Sisanya dari lini bisnis pabrikan, logistik, dan batubara.Suresh optimistis, tahun ini, AKRA bisa meraih pertumbuhan pendapatan 18%-20%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News