Perlu Anda Ketahui, Asma Penyakit Kronis yang Harus Diperhatikan!



Ringkasan:

  • Asma adalah penyakit kronis yang memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia.
  • Meskipun seringkali kurang didiagnosis dan kurang diobati, asma dapat dikelola dengan pengobatan yang sesuai.
  • Penggunaan inhaler adalah salah satu metode pengobatan utama, namun akses ke obat-obatan tersebut masih menjadi masalah di banyak negara.
  • Kesadaran masyarakat tentang asma, pemicu, dan pengelolaan gejala di rumah sangat penting dalam upaya mengurangi dampak penyakit ini.
  • Melalui langkah-langkah yang diambil oleh WHO dan organisasi lainnya, kita dapat bergerak menuju dunia di mana semua orang dapat bernapas dengan bebas.
KONTAN.CO.ID - Asma adalah penyakit paru-paru kronis yang dapat memengaruhi siapa saja, dari anak-anak hingga orang dewasa.

Penyakit ini ditandai oleh peradangan dan penyempitan saluran udara kecil dalam paru-paru, yang mengakibatkan gejala seperti batuk, mengi, sesak napas, dan rasa sesak di dada.


Bagi sebagian orang, gejala asma ini dapat ringan, tetapi pada yang lain, gejala dapat menjadi parah dan berulang dari waktu ke waktu. Namun, dengan pengobatan yang tepat, asma dapat dikelola dengan baik.

Tingginya Jumlah Penderita Asma di Seluruh Dunia

Pada tahun 2019, diperkirakan ada sekitar 262 juta orang di seluruh dunia yang menderita asma. Bahkan lebih mencemaskan, penyakit ini menyebabkan 455.000 kematian.

Lebih dari itu, mayoritas kematian yang disebabkan oleh asma terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, di mana diagnosis yang kurang tepat dan pengobatan yang kurang memadai menjadi tantangan serius.

Gejala Umum dan Pemicu Asma

Gejala asma bisa bervariasi dari satu individu ke individu lainnya. Gejala ini seringkali memburuk pada malam hari atau saat berolahraga. Gejala yang umum meliputi batuk yang berkelanjutan, terutama pada malam hari, mengi saat menghembuskan nafas, sesak napas, dan rasa sesak di dada yang membuat sulit bernapas dengan dalam.

Ada banyak pemicu yang dapat memicu gejala asma, seperti debu, asap, asap rokok, serbuk rumput dan pohon, bulu hewan peliharaan, sabun kuat, dan parfum. Kadang-kadang, gejala asma juga dapat disebabkan oleh kondisi lain. Oleh karena itu, penting untuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan jika Anda mengalami gejala asma.

Baca Juga: Gula Merah Berkhasiat untuk Kesehatan karena Kandungan Molase, Apa Itu?

Faktor Risiko dan Penyebab Asma

Sejumlah faktor telah dikaitkan dengan peningkatan risiko terkena asma, meskipun seringkali sulit untuk menemukan satu penyebab langsung. Beberapa faktor yang memengaruhi risiko asma meliputi:

  • Riwayat Keluarga: Orang yang memiliki anggota keluarga, terutama orang tua atau saudara, dengan asma memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit ini.
  • Alergi Lainnya: Orang yang memiliki kondisi alergi lainnya, seperti eksim dan rhinitis alergi (pilek), cenderung lebih rentan terhadap asma.
  • Urbanisasi: Perubahan gaya hidup yang terkait dengan urbanisasi dapat meningkatkan prevalensi asma.
  • Faktor Lingkungan: Paparan asap rokok, polusi udara dalam ruangan dan luar ruangan, tungau debu rumah, jamur, serta paparan bahan kimia, asap, dan debu di tempat kerja dapat meningkatkan risiko asma.
  • Obesitas: Anak-anak dan orang dewasa yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko lebih tinggi terkena asma.

Baca Juga: Penelitian Menunjukkan Usus Bocor Bisa Memicu Penyakit Autoimun

Pengobatan Asma

Meskipun asma tidak dapat disembuhkan, banyak metode pengobatan yang efektif tersedia. Pengobatan paling umum adalah dengan menggunakan inhaler, yang mengirimkan obat langsung ke dalam paru-paru. Terdapat dua jenis inhaler utama yang digunakan dalam pengobatan asma:

  • Bronkodilator: Obat seperti salbutamol membantu membuka saluran udara dan meredakan gejala.
  • Steroid: Obat seperti beclometasone mengurangi peradangan pada saluran udara, yang memperbaiki gejala asma dan mengurangi risiko serangan asma parah.
Penggunaan inhaler dapat menjadi sulit terutama bagi anak-anak dan dalam situasi darurat. Dalam hal ini, penggunaan alat bantu berbentuk spacer membuat penggunaan inhaler menjadi lebih mudah dan membantu obat mencapai paru-paru dengan lebih baik.

Namun, perlu dicatat bahwa akses ke inhaler masih menjadi masalah di banyak negara. Pada tahun 2021, bronkodilator hanya tersedia di setengah negara berpendapatan rendah dan menengah, sementara inhaler steroid hanya tersedia di sepertiga negara tersebut.

Oleh karena itu, perlu adanya upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengurangi mitos dan stigma yang terkait dengan asma.

Baca Juga: Ini 8 Manfaat Daun Sirih Hijau untuk Kesehatan dan Cara Merebusnya

Peran Penting Self-Care dalam Manajemen Asma

Orang-orang yang menderita asma dan keluarga mereka memerlukan pendidikan untuk memahami lebih banyak tentang penyakit ini. Hal ini mencakup pilihan pengobatan yang tersedia, pemicu yang harus dihindari, dan cara mengelola gejala di rumah.

Hal penting lainnya adalah pemahaman tentang bagaimana meningkatkan pengobatan ketika gejala memburuk untuk menghindari serangan asma yang serius. Para penyedia layanan kesehatan dapat memberikan rencana tindakan asma yang membantu penderita asma mengambil kendali yang lebih besar terhadap pengobatan mereka.

Tindakan WHO dalam Mengatasi Masalah Asma

Asma telah diakomodasi dalam WHO Global Action Plan untuk Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Agenda 2030 Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pembangunan Berkelanjutan.

WHO berkomitmen untuk meningkatkan diagnosis, pengobatan, dan pemantauan asma untuk mengurangi beban global penyakit tidak menular dan mencapai cakupan kesehatan universal.

Melalui berbagai inisiatif, WHO bekerja untuk memperluas diagnosis dan pengobatan asma, serta mengurangi paparan asap rokok, yang merupakan langkah penting dalam pencegahan dan pengelolaan asma. Upaya ini juga mencakup pendidikan masyarakat untuk mengurangi mitos dan stigma terkait asma.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hasbi Maulana