Saham gorengan muncul karena market yang volume perdagangannya tidak terlalu besar. Harus diakui market kita masih berupa emerging market, di mana biasanya volume perdagangan tidak besar. Karena volume tidak besar, banyak saham yang tidak likuid. Inilah yang mendorong orang untuk menggoreng saham. Tujuannya tentu untuk menaikkan likuiditas dan membawa harga saham ke valuasi yang lebih baik atau sekadar mencerminkan fundamental yang bagus. Jika likuiditas bagus, investor tertarik untuk masuk. Jika sahamnya banyak ditransaksikan, maka para fund manager akan masuk. Ada banyak level menggoreng saham, di antaranya market cornering, yakni menciptakan kondisi seolah-olah banyak orang jual beli saham, padahal dia sendiri yang melakukan. Hal ini lalu membuat harga saham berubah dan membuat orang lain jadi rugi. Ada pula market making dengan tujuan tertentu, kadang-kadang dilakukan ketika initial public offering (IPO).
Perlu aturan tegas
Saham gorengan muncul karena market yang volume perdagangannya tidak terlalu besar. Harus diakui market kita masih berupa emerging market, di mana biasanya volume perdagangan tidak besar. Karena volume tidak besar, banyak saham yang tidak likuid. Inilah yang mendorong orang untuk menggoreng saham. Tujuannya tentu untuk menaikkan likuiditas dan membawa harga saham ke valuasi yang lebih baik atau sekadar mencerminkan fundamental yang bagus. Jika likuiditas bagus, investor tertarik untuk masuk. Jika sahamnya banyak ditransaksikan, maka para fund manager akan masuk. Ada banyak level menggoreng saham, di antaranya market cornering, yakni menciptakan kondisi seolah-olah banyak orang jual beli saham, padahal dia sendiri yang melakukan. Hal ini lalu membuat harga saham berubah dan membuat orang lain jadi rugi. Ada pula market making dengan tujuan tertentu, kadang-kadang dilakukan ketika initial public offering (IPO).