Perlu Dorongan Daya Beli Saat Kontribusi Kredit Rumah Tangga Masih Tinggi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemulihan daya beli masyarakat mulai terlihat, meski belum sepenuhnya solid, di tengah perlambatan pertumbuhan kredit perbankan. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa kredit rumah tangga masih menjadi penopang utama kredit nasional.

OJK mencatat pertumbuhan kredit sebesar 7,36% secara tahunan (YoY) per Oktober 2025 dikontribusikan terutama dari pertumbuhan pada sektor rumah tangga sebesar 7,28%. Diikuti, industri pengolahan sebesar 7,53%, serta pertambangan dan penggalian sebesar 14,58%.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan saat ini daya beli masyarakat memang cenderung membaik. Masalahnya, kata Josua, perbaikan tersebut terjadi belum merata dan belum sepenuhnya kuat.


Baca Juga: Pemerintah Bidik Pertumbuhan Ekonomi 5,4%,DPR: Perlu Industrialisasi&Dorong Daya Beli

Dari sisi sentimen, ia merujuk Indeks Keyakinan Konsumen pada November 2025 yang berada di level optimis 124,0 dan meningkat dari bulan sebelumnya, didukung membaiknya penilaian kondisi saat ini dan ekspektasi ke depan.

Namun, ia menegaskan struktur keuangan rumah tangga juga memberi sinyal kehati-hatian. Di mana, proporsi pendapatan untuk konsumsi masih tinggi 74,6%, porsi pembayaran cicilan 11,0%, dan porsi tabungan 14,4%, relatif stabil. 

“Ini mengindikasikan ruang menambah belanja lewat utang tidak besar pada sebagian kelompok, karena porsi konsumsi sudah dominan dan bantalan tabungan tidak meningkat tajam,” jelasnya.

Di sisi lain, ia melihat OJK sendiri ini juga menekankan permintaan domestik  yang masih perlu dukungan lebih lanjut. Artinya, pemulihan daya beli belum bisa dianggap selesai.

“Segmen tanpa agunan dan cicilan kecil juga perlu lebih diawasi karena paling sensitif terhadap guncangan penghasilan,” jelasnya.

Baca Juga: Rojali dan Rohana Merebak, Cermin Daya Beli Turun atau Tren Belanja Baru?

Direktur Community Financial Services Maybank Indonesia Bianto Surodjo menjelaskan saat ini daya beli masyarakat di dalam tahun ini belum kembali normal. Hanya saja, ia sangat berharap dengan beberapa inisiatif pemerintah, daya beli bisa berangsur kembali.

Dengan kondisi tersebut, Bianto pun menegaskan Maybank akan terus berfokus pada pertumbuhan kredit baik pada sektor konsumsi, SME dan komersial.

Tentunya, dengan berbagai inovasi produk/solusi/ servis yang memberikan nilai tambah maksimum buat nasabah dan memperkuat digitalisasi untuk meningkatkan efisiensi dan kepuasan nasabah.  

“Dengan cara seperti ini, tahun 2026 nanti kami tetap berharap untuk dapat tumbuh lebih baik dibandingkan dengan industri secara umum,” ujarnya.

Sementara itu, Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan bilang secara umum sudah mulai ada perbaikan. Namun, ia menyebutkan yang saat ini masih tertekan daya beli adalah Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Oleh karena itu, Lani menjelaskan pihak lebih berfokus kepada selected segment nasabah yang tidak terlalu terpengaruh dengan daya beli secara umum.

Baca Juga: Simpanan Rumah Tangga Di Perbankan Turun Dorong Peningkatan Kredit Macet

“Ini size-nya relatif jadi lebih kecil dengan kompetisi yang lebih ketat,” jelasnya.

Di sisi lain, ia bilang Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) masih menjadi penopang besar untuk kredit ritel. Lani mengungkapkan pertumbuhannya di sektor tersebut masih tumbuh dua digit.

Hanya saja, Lani melihat pertumbuhan tersebut berasal dari refinancing. Artinya, faktor daya beli masih jadi tantangan.

Selanjutnya: Hujan Sangat Lebat Turun di Provinsi Ini, Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (13/12)

Menarik Dibaca: Hujan Sangat Lebat Turun di Provinsi Ini, Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (13/12)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News