Perlu Langkah Drastis Tekan Lonjakan Harga Beras Supaya Tak Sulut Inflasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga beras perlu menjadi perhatian pemerintah lantaran bisa menyulut inflasi dan menekan daya beli.

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) Yusuf Wibisono mengatakan, tingginya harga beras saat ini sudah selayaknya menjadi perhatian serius pemerintah dan membutuhkan perubahan kebijakan yang drastis dalam jangka pendek.

Pasalnya, inflasi beras di Agustus 2023 yang tercatat 13,76% merupakan yang tertinggi sejak Juni 2012. Berbeda dengan sebelumnya, kenaikan harga beras saat ini secara umum memperlihatkan adanya masalah struktural yang serius. 


Yusuf melihat, kenaikan harga beras telah terjadi secara konsisten sejak Agustus 2022 hingga Agustus 2023. Secara rata-rata bulanan, harga beras medium di tingkat pedagang eceran pada Agustus 2022 tercatat di Rp 10.780 per kg dan kini di bulan Agustus 2023 tercatat rata-rata di Rp 12.070 per kg. 

Baca Juga: Pengusaha Penggilingan Padi Terdampak Pasokan Beras yang Seret

Demikian pula halnya beras premium pada Agustus 2022 masih di Rp 12.310 per kg, kini di Agustus 2023 rata-rata di Rp13.730 per kg. Kini, di awal September 2023, harga beras medium telah menembus Rp 12.500 per kg dan beras premium tembus Rp 14.150 per kg.   

"Pola kenaikan harga beras dalam setahun terakhir ini mengkhawatirkan, karena tidak terdapat tendensi harga turun meski pemerintah telah impor beras 500.000 ton sejak akhir 2022," ujar Yusuf kepada Kontan.co.id, Rabu (6/8).

Selain itu, momen panen raya dari Maret - Juni 2023 juga tidak membuat harga beras menurun meski pemerintah di tahun ini telah menetapkan impor beras 2 juta ton dan cadangan beras Bulog kini telah di kisaran 1,5 juta ton. 

Menurutnya, meski tingkat inflasi secara umum terkendali hingga kini di kisaran 3%, sesuai target pemerintah untuk inflasi 3,1% di akhir 2023, namun kenaikan harga beras yang liar dan berpotensi diikuti kenaikan harga pangan lainnya seiring el-nino dan kekeringan panjang, inflasi tahun ini secara umum berpotensi terdorong ke kisaran 4%.

"Menurut saya faktor utama kenaikan harga beras ini adalah kecenderungan melemahnya kapasitas produksi beras nasional," katanya. 

Ia menyebut, kenaikan harga beras saat ini memang didorong oleh turunnya pasokan pasca berakhirnya panen raya Maret - Juli 2023. Namun ini tidak menghapus gambaran besar bahwa ada masalah dalam kapasitas produksi beras nasional kita.

Baca Juga: Pasokan Makin Seret, Harga Beras Bisa Terbang Tinggi  

Ia bilang, produksi beras Indonesia mengalami stagnan dalam lima tahun terakhir, dengan kecenderungan menurun, dari 33,9 juta ton pada 2018 menjadi 31,5 juta ton pada 2022. 

"Harus ada langkah drastis dalam kebijakan perberasan nasional untuk meningkatkan produksi beras, terutama menghentikan alih fungsi lahan sawah dan meningkatkan produktivitas petani," terang Yusuf.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi