KONTAN.CO.ID - PT Pertamina (Persero) berupaya memperluas keterlibatan dan dampak komunitas dalam penerapan ESG. Program-program yang dilakukan bertujuan meningkatkan kemandirian energi dan ekonomi masyarakat perdesaan. Sebagai perusahaan energi, PT Pertamina (Persero) berkomitmen mendukung pencapaian target
net zero emission Indonesia pada tahun 2060. Seiring dengan hal tersebut, Pertamina juga memperkuat implementasi ESG (
environment, social, and governance), di antaranya dengan menjalankan pemberdayaan masyarakat dan memperluas dampak positif bisnis Perseroan terhadap masyarakat. Salah satu program unggulan Pertamina dalam pemberdayaan masyarakat adalah Desa Energi Berdikari (DEB). Program yang dilaksanakan sejak tahun 2019 ini memberikan akses energi berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) kepada masyarakat perdesaan. Hingga November 2023, DEB telah menyediakan EBT di 76 program desa.
Melalui program ini, masyarakat dapat menikmati akses terhadap energi ramah lingkungan dengan lebih mudah. Kemudahan akses energi bersih tersebut diharapkan juga dapat mengembangkan potensi ekonomi masyarakat setempat. “Kami percaya, energi yang bersih dan mudah diakses akan membuka jalan bagi pembangunan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat menuju kemandirian berkelanjutan,” tutur Vice President Corporate Social Responsibility & Small Medium Enterprise Partnership Program (CSR & SMEPP) Management PT Pertamina
Fajriyah Usman. Pada kesempatan terpisah Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan, memperluas akses masyarakat terhadap energi bersih merupakan salah satu cara yang dilakukan Perseroan untuk menjawab tantangan dalam mencapai keamanan energi. “Keamanan energi merupakan prioritas utama bagi Indonesia, oleh karena itu kita perlu mengurangi ketergantungan pada impor dengan mendiversifikasi energi, mengoptimalkan sumber daya energi lokal sambil memperluas akses ke sumber energi yang lebih bersih,” kata
Nicke. Program EBT juga merupakan aksi nyata Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) Pertamina dalam mempercepat transisi energi bagi masyarakat. Di 76 DEB yang sudah berjalan, di antaranya menggunakan 57 pembangkit listrik tenaga surya untuk menghasilkan energi listrik, 12 program yang menghasilkan gas metana dan biogas, empat program menggunakan energi mikrohidro, dua program biodiesel yang dikonversi dari limbah rumah tangga, dan satu program hybrid antara energi surya dan angin. Program DEB menghasilkan total energi 287.519 Wp (watt peak) dari pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga hybrid (matahari dan angin), dan mikrohidro. Selain itu program ini juga menghasilkan 609.000 m3 per tahun dari gas metana dan biogas, serta 6.500 liter biodiesel per tahun. DEB menyumbang pengurangan emisi karbon sebesar setara 714.859 ton CO2eq/tahun dan memberikan dampak ekonomi dengan
multiplier effect sebesar Rp1,93 miliar per tahun bagi 4.113 rumah tangga. Dengan berbagai pencapaian tersebut, Program DEB Pertamina berhasil memperoleh apresiasi dari sejumlah institusi, di antaranya penghargaan Fortune Indonesia Change The World 2022 dan penghargaan utama kategori
energy & basic materials CSR Awards 2023, yang diselenggarakan oleh B-Universe. Kunci kesuksesan program DEB terletak pada pemetaan permasalahan, pemberdayaan, serta pendampingan Pertamina terhadap masyarakat penerima manfaat. Sebelum program dilaksanakan, Pertamina melakukan
social mapping untuk memahami permasalahan sosial dan potensi sumber daya desa. Instalasi energi bersih kemudian dibangun berdasarkan hasil pemetaan kebutuhan warga tersebut. Selain menyediakan infrastruktur EBT, Pertamina juga memberikan berbagai pelatihan peningkatan kapasitas dan mengajak warga termasuk UMKM serta BUMDes untuk mengoptimalkan EBT guna meningkatkan perekonomian desa. Pelatihan yang diberikan antara lain pengelolaan limbah produksi dan produk daur ulang sehingga bisa berkontribusi pada pengurangan emisi karbon. “Selanjutnya, kami membangun organisasi dan tata kelola untuk memastikan kesinambungan program. Karenanya, Pertamina mengadakan berbagai pelatihan untuk mayarakat setempat, seperti pelatihan teknis pengelolaan sistem EBT yang dipergunakan sehingga mampu melakukan instalasi dan perawatan infrastruktur EBT,” jelas
Fajriyah. Ciptakan peluang kerja
Keberhasilan Pertamina mendorong perekonomian desa melalui pemanfaatan energi bersih antara lain dapat dilihat di Desa Keliki, Ubud, yang terletak di Kabupaten Gianyar, Bali. Dengan pencapaian yang telah diraih, desa ini menjadi tujuan studi para delegasi negara-negara G20 yang tergabung dalam Energy Transition Working Group (ETWG) G20 pada awal September 2022. Sebagai desa berbasis EBT, Desa Keliki memiliki delapan titik
solar photovoltaic (PV) berkapasitas 28 kilowatt peak (kWp) yang dapat memenuhi kebutuhan energi bagi 1.200 kepala keluarga (KK). Pemanfaatan solar PV di Desa Keliki dinilai dapat mengurangi emisi karbon hingga 37.750 kilogram (kg) karbon dioksida (CO2) per tahun. Adapun energi bersih tersebut digunakan untuk berbagai kebutuhan masyarakat, seperti pengoperasian tempat pengelolaan sampah
reduce, reuse, dan
recycle (TPS3R), pembangunan
eco-village, serta pengelolaan agrikultur berbasis EBT. Di Desa Tanjung Karang, Kecamatan Karang Baru, Aceh, Program DEB melibatkan penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagai bagian dari percepatan transisi energi yang memberikan manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat. Inisiatif ini dilaksanakan oleh PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Subholding Upstream melalui Pertamina EP Asset-Rantau Field. Energi bersih yang dihasilkan PLTS tersebut menghidupi kegiatan Rumah Kreatif Tamiang di Desa Tanjung Karang yang memberdayakan 20 warga difabel kurang mampu. Sebagai informasi, Kabupaten Aceh Tamiang merupakan wilayah dengan jumlah penyandang disabilitas kedua terbesar di Provinsi Aceh. Dengan kapasitas 4,91 Wp yang menghasilkan listrik 6.320 Watt Hour (Wh) per tahunnya, PLTS ini mampu mengurangi emisi hingga 6.383 kgCO2eq/tahun. Melalui pemanfaatan PLTS, warga Desa Tanjung Karang dapat menghemat biaya listrik hingga Rp9 juta per tahun. Ini adalah salah satu langkah dalam akselerasi transisi energi terbarukan dengan mengoptimalkan sumber daya energi lokal. Contoh lain Program DEB yang menginspirasi adalah “Wasteco” atau
Waste to Energy for Community. Program yang diinisiasi oleh PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) ini mengelola sampah di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Manggar, Balikpapan, Kalimantan Timur, menjadi gas metana yang dapat dipakai sebagai sumber energi untuk kebutuhan memasak rumah tangga. Selain itu, sampah rumah tangga yang diolah di Wasteco digunakan sebagai bahan bakar metan untuk pengembangan usaha UMKM di Kelurahan Manggar, Balikpapan. Wasteco berhasil mengolah sampah, mengurangi potensi emisi karbon, serta menghasilkan manfaat ekonomi bagi warga sekitar. Wasteco mengintegrasikan kompetensi kunci PHM dengan penerapan enam teknologi migas dalam penangkapan dan distribusi gas metana yang sudah dirasakan manfaatnya oleh 1.250 rumah tangga penerima manfaat. Gas yang dihasilkan dari tumpukan sampah tersebut hingga kini dapat dimanfaatkan untuk 315 sambungan rumah dan 28 UMKM yang berasal dari RT 36, RT 61, RT 95, RT 97 Kelurahan Manggar, Balikpapan Timur. Adapun biaya penghematan memasak dengan adanya gas metana ini adalah sebesar Rp273,6 juta/tahun. Pemanfaatan gas metana telah berkontribusi menciptakan peluang kerja dan pertumbuhan ekonomi masyarakat serta mendukung pemerintah dalam mengurangi beban subsidi gas elpiji 3kg. Wasteco berhasil memproduksi 594.000 m3 gas metana per tahun yang digunakan oleh masyarakat dengan efisiensi biaya rumah tangga mencapai Rp 420 juta/tahun dan mengurangi potensi reduksi emisi karbon dioksida hingga 288.449 ton CO2eq/tahun. “Kami menggandeng berbagai elemen masyarakat, untuk bersama-sama mewujudkan energi bersih dan mempermudah akses energi. Diharapkan program Wasteco ini dapat mendukung pembangunan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat menuju kemandirian berkelanjutan,” ujar Vice President Corporate Communication PT Pertamina
Fadjar Djoko Santoso. Desa Wisata
Di samping DEB, Pertamina juga mendorong pemberdayaan masyarakat melalui Program Pertamina Desa Wisata. Program ini adalah salah satu kegiatan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) Pertamina, pada pilar lingkungan dan ekonomi. Program ini juga merupakan upaya Pertamina dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau
Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 8 (Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi), 11 (Kota dan pemukiman berkelanjutan), dan 15 (Ekosistem dataran). Melalui program Desa Wisata, Pertamina melatih kemandirian masyarakat di wilayah kerja Pertamina yang dimulai dari melestarikan alam dan melatih keterampilan masyarakat lokal guna meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pengembangan pariwisata. Hingga pertengahan 2023, Perseroan telah mengembangkan 13 desa wisata lokal unggulan dengan melibatkan masyarakat mengelola 794
homestay di berbagai lokasi wisata di Indonesia dan memberikan dampak peningkatan kesejahteraan bagi lebih dari 5.500 warga. Di Kecamatan Plaju, Palembang, Sumatera Selatan, Pertamina mewujudkan Pertamina Desa Wisata melalui Kampung Pangan Inovatif yang diinisiasi Subholding Refining & Petrokimia Pertamina, yakni PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit III Plaju. Kampung Pangan Inovatif ini menghasilkan empat program utama, yaitu mitigasi bencana kampung perkotaan berbasis masyarakat, pengolahan limbah industri tempe, penataan kawasan kampung perkotaan, dan peningkatan keterampilan melalui olahan pangan kreatif. Pada Kampung Pangan Inovatif, Pertamina berhasil mengurangi kadar pencemaran air sebesar 41.378,4 Kg
chemical oxygen demand (COD)/tahun dan 1.023,8 Kg
biologycal oxygen demand (BOD)/tahun dari delapan rumah industri tempe penerima manfaat. Secara keseluruhan, program ini berhasil meningkatkan kesejahteraan 330 kepala keluarga penerima manfaat dengan adanya penurunan pencemaran air, penghematan penggunaan air tanah hingga 73.000 liter per tahun, penurunan emisi IPAL Komunal (Solar Cell) sebesar 0,268056 Ton CO2, serta peningkatan pendapatan kelompok pengrajin tempe sebesar Rp54.000.000 per tahun. “Dengan pertumbuhan populasi masyarakat yang kian meningkat, kami meyakini Program Desa Wisata menjadi peluang untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini memotivasi Pertamina untuk memberdayakan masyarakat lokal, sehingga tercapai kemandirian ekonomi dan energi yang berkelanjutan dari lingkup masyarakat,” imbuh
Fadjar. Keterlibatan Sobat Bumi Pertamina menyadari pentingnya peran kaum muda sebagai agen perubahan dalam percepatan transisi energi. Terlebih, pengembangan sumber daya manusia termasuk kunci untuk mengatasi tantangan keberlanjutan. Karena itu, sejak tahun 2011 Perseroan melalui Pertamina Foundation menyelenggarakan program Beasiswa Sobat Bumi bagi mahasiswa dari seluruh Indonesia. Penerima beasiswa tidak hanya menerima manfaat dalam bentuk bantuan biaya, tetapi juga diwajibkan melakukan pelestarian lingkungan dan budaya. Setelah melalui rangkaian seleksi, Pertamina memilih 465 penerima Beasiswa Sobat Bumi 2023 dari 38 mitra kampus yang tersebar dari Sumatra hingga Papua. Dari 465 penerima, 70 di antaranya merupakan mahasiswa dari universitas di Indonesia Timur. Agar terlibat sedini mungkin dalam program transisi energi, para penerima beasiswa tersebut didorong untuk terjun langsung di Desa Energi Berdikari (DEB) yang bertajuk Aksi Sobat Bumi.
Para Sobat Bumi diminta membuat proposal inovasi mengenai EBT dan rencana pemberdayaan serta edukasi masyarakat. Dalam pembuatan proposal, mereka akan dibimbing oleh mentor dari perguruan tinggi dan dikurasi oleh pihak Pertamina. Sebanyak 10—15 proposal terbaik akan mendapat pendanaan implementasi dan berkesempatan untuk melakukan kunjungan inovasi DEB satu sama lain. Adapun 42 Sobat Bumi telah berkontribusi pada pemasangan instalasi EBT dan edukasi DEB tahun 2022-2023, di antaranya di Desa Pulau Semambu di Ogan Ilir, Desa Kutawaru di Cilacap, dan Desa Walahar di Karawang. “Melakukan transformasi
zero emission ini bisa dilakukan oleh semua orang. Mahasiswa sebagai energi masa depannya Indonesia, kita ajak dari awal berkontribusi pada proses transisi energi,” kata Direktur Utama Pertamina
Nicke Widyawati. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ridwal Prima Gozal