KONTAN.CO.ID - Selain giat membangun BTS, demi memastikan pelanggannya dapat menikmati layanan internet, para pelaku telekomunikasi juga rajin menyewa menara milik pelaku telko lainnya. Salah satu yang melakukan hal ini adalah Hutchison 3 Indonesia (Tri). Danny Buldansyah selaku Vice President Director Tri mengaku daripada menyewakan menara miliknya, pihaknya malah menyewa menara milik pelaku telko lainnya. Setidaknya, ada lebih dari 20.000 menara yang sudah disewa pihaknya. "Kami saat ini tidak menyewakan tower, karena strategi perusahaan yang fokus terhadap layanan bukan kepemilikkan asset (light asset)," terangnya kepada Kontan, Selasa (26/9). Untuk biaya penyewaan menara tersebut, Danny mengaku mengeluarkan biaya yang bervariasi dari Rp 10 juta hingga Rp 15 juta untuk 1 bulan yang dibayarkannya baik kepada sesama penyedia layanan telko maupun pelaku yang khusus menyewakan menara. Menurutnya, dalam industri penyewaan menara seperti ini memiliki peluang mengingat sejalan dengan tujuan pemerintah untuk mewujudkan 100% coverage di seluruh wilayah Indonesia. "Artinya butuh banyak tower baru. Tantangannya adalah harga yang diinginkan oleh operator semakin murah dan kemungkinan sharing jaringan akan menurunkan tenancy ratio," tambah Danny. Salah satu tantangan yang dihadapi para pelaku telko, termasuk dirinya adalah perizinan untuk pembangunan menara baru yang datang dari warga sekitar. "Tentunya masalah warga sekitar, ormas, peraturan daerah yang memberatkan akan menjadi kendala. Juga sewa lahan yang semakin mahal," pungkas Danny. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Perluas jaringan, Tri sewa 20.000 menara telko
KONTAN.CO.ID - Selain giat membangun BTS, demi memastikan pelanggannya dapat menikmati layanan internet, para pelaku telekomunikasi juga rajin menyewa menara milik pelaku telko lainnya. Salah satu yang melakukan hal ini adalah Hutchison 3 Indonesia (Tri). Danny Buldansyah selaku Vice President Director Tri mengaku daripada menyewakan menara miliknya, pihaknya malah menyewa menara milik pelaku telko lainnya. Setidaknya, ada lebih dari 20.000 menara yang sudah disewa pihaknya. "Kami saat ini tidak menyewakan tower, karena strategi perusahaan yang fokus terhadap layanan bukan kepemilikkan asset (light asset)," terangnya kepada Kontan, Selasa (26/9). Untuk biaya penyewaan menara tersebut, Danny mengaku mengeluarkan biaya yang bervariasi dari Rp 10 juta hingga Rp 15 juta untuk 1 bulan yang dibayarkannya baik kepada sesama penyedia layanan telko maupun pelaku yang khusus menyewakan menara. Menurutnya, dalam industri penyewaan menara seperti ini memiliki peluang mengingat sejalan dengan tujuan pemerintah untuk mewujudkan 100% coverage di seluruh wilayah Indonesia. "Artinya butuh banyak tower baru. Tantangannya adalah harga yang diinginkan oleh operator semakin murah dan kemungkinan sharing jaringan akan menurunkan tenancy ratio," tambah Danny. Salah satu tantangan yang dihadapi para pelaku telko, termasuk dirinya adalah perizinan untuk pembangunan menara baru yang datang dari warga sekitar. "Tentunya masalah warga sekitar, ormas, peraturan daerah yang memberatkan akan menjadi kendala. Juga sewa lahan yang semakin mahal," pungkas Danny. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News