Permintaan aset berisiko turun, Aussie tertekan



JAKARTA. Dollar Australia tertekan terhadap sejumlah mata uang utama dunia. Proses kesepakatan antara para pemimpin Eropa untuk mengatasi krisis utang membuat permintaan aset berisiko, seperti valuta dollar aussie, menjadi berkurang.

Pasangan EUR/AUD, kemarin (17/9), menguat 0,19% menjadi 1,24672 dibanding sehari sebelumnya. Sementara, pasangan AUD/JPY melemah 0,29% menjadi 82,461 dan pasangan AUD/USD turun 0,38% menjadi 1,0510.

Selain sentimen dari Eropa, aussie juga tertekan dampak meningkatnya ketegangan antara Jepang dan China atas klaim kepemilikan pulau. Maklum saja, China merupakan mitra dagang terbesar Australia.


Lee Wai Tuck, Currency Strategist Forecast Pte., menuturkan, ketegangan geopolitik antara China dan Jepang tersebut berdampak negatif terhadap ekonomi dan arus perdagangan Australia. "Ini akan membuat potensi pelemahan aussie akan berlanjut," ujar dia kepada Bloomberg.

Selain itu, menurut analis SoeGee Futures Nizar Hilmy, aussie telah menikmati reli tajam akibat kabar stimulus yang akan digelontorkan The Fed. Dia memprediksi, efek euforia stimulus tersebut akan memudar dalam beberapa hari ke depan.

Potensi pelemahan aussie juga terbuka karena harga-harga komoditas, seperti minyak mentah dan emas, akan bergerak turun lantaran sudah naik terlalu tinggi. Hal itu juga berlaku bagi mata uang berisiko lainnya, seperti euro.

Nizar bilang, Reserve Bank of Australia (RBA) akan mengeluarkan laporan di Minutes Meeting, Selasa (18/9). Jika ada kebijakan pemangkasan suku bunga, aussie akan terkoreksi lebih lanjut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini