KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (
KRAS) memprediksikan permintaan baja domestik akan meningkat 5,2%-5,3% tahun ini. Pasar domestik inilah yang akan dibidik KRAS sebagai mesin pertumbuhan. Direktur Utama Krakatau Steel Purwono Widodo mengatakan, KRAS berfokus untuk pemenuhan kebutuhan pasar domestik serta melakukan efisiensi guna menekan biaya operasional untuk mengerek kinerja. "Melakukan sinergi anak perusahaan dan
subholding baja dan non-baja untuk pengembangan bisnis baja hilir juga menjadi strategi perusahaan dalam menjalankan bisnis di tahun 2024," kata Purwono, kepada Kontan.co.id, Senin (8/1).
Purwono memproyeksikan, permintaan baja akan mengalami peningkatan lebih lanjut sebesar 1,9% atau menjadi 18,49 juta metrik ton pada tahun 2024. Selain itu, dia memprediksi permintaan baja di Indonesia diperkirakan masih tumbuh positif sebesar 5,2%-5,3% di tahun ini. "Seiring dengan pertumbuhan proyeksi permintaan baja domestik, pertumbuhan
demand produk baja HRC dan CRC diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar 5,2%-5,3% menjadi masing-masing (HRC) 5,03 juta ton dan (CRC) 2,91 juta ton. Adapun prioritas perseroan tahun 2024 adalah fokus untuk menyuplai kebutuhan pasar baja dalam negeri," ucapnya.
Tantangan KRAS di Tahun 2024 Purwono mengungkapkan sejumlah tantangan bisnis di tahun ini.
Pertama, soal ketersediaan bahan baku
(raw material & semifinished) di dalam negeri.
Kedua, soal tingkat persaingan baja domestik. "Investasi asing di industri baja bertambah dan masih tingginya importasi memberi dampak semakin ketatnya persaingan industri baja dalam negeri," kata dia. Tantangan
ketiga, tensi geopolitik perang Rusia-Ukraina dan memanasnya hubungan dagangan Amerika Serikat (AS) dan China menyebabkan kebijakan negara-negara cenderung
inward looking. "Akibatnya dunia semakin terfragmentasi. Tren globalisasi berubah menjadi deglobalisasi. Kondisi ini akhirnya berimbas pada penurunan volume perdagangan global," tuturnya. Tantangan
keempat, lanjut Purwono, laju inflasi global belum kembali ke level pra-pandemi sehingga suku bunga acuan global masih bertahan dalam fenomena
higher for longer. "Akibatnya, likuiditas global masih akan ketat sehingga
cost of fund juga masih tetap tinggi. Hal ini juga terjadi di dalam kondisi perekonomian domestik di mana saat ini laju inflasi cukup tinggi, ketidakstabilan kurs dan tingkat acuan suku bunga yang tinggi juga menjadi hambatan bagi industri baja nasional ke depannya," kata dia.
Faktor Pendorong Kenaikan Permintaan Baja Domestik Purwono menerangkan, sektor utama penopang kinerja industri baja nasional adalah infrastruktur yang merupakan pasar utama baja domestik mencapai sekitar 76% terhadap total konsumsi baja dan pada tahun 2024 diperkirakan akan tumbuh sekitar 6%. Selain sektor konstruksi, konsumsi baja juga digunakan pada sektor otomotif sebanyak 12%, peralatan rumah tangga 3.5%, sektor transportasi dan juga industri permesinan.
Kemudian, ekosistem kendaraan listrik juga berkembang pesat di Indonesia di mana pemerintah tengah mengakselerasi ekosistem tersebut untuk menekan penggunaan bahan bakar fosil, mengurangi emisi karbon, dan mendorong transformasi industri serta mendorong ketahanan energi nasional. Hal ini tentu berpengaruh positif pada
demand segmen otomotif. Optimalisasi TKDN juga merupakan salah satu cara memacu pertumbuhan daya saing industri baja domestik sehingga akan meningkatkan permintaan baja dalam negeri dan mendorong para pengguna baja domestik untuk menggunakan produk baja lokal. "Nilai TKDN produk baja domestik berada di kisaran TKDN 40 ~ 65% dengan menggunakan bahan baku semi
finished dalam negeri, sehingga sangat sesuai dengan konsep pembangunan IKN yang mengutamakan produk nasional bukan produk impor," pungkas dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati