Permintaan Banyak, Produk Dana Tunai Multifinance Diyakini Masih Bisa Tumbuh



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produk dana tunai yang dimiliki multifinance dipercaya masih bisa tumbuh karena permintaannya masih banyak. Meskipun, saat ini pinjaman dana tunai juga difasilitasi fintech lending yang tergolong lebih mudah dalam hal pencairannya.

Memang, pinjaman dana tunai yang tergolong pembiayaan multiguna masih turun 9,39% secara tahunan pada Oktober lalu menjadi Rp 206,77 triliun, berdasarkan data OJK. Capaian tersebut konsisten turun sejak April 2021 yang nilainya masih sekitar Rp 216,99 triliun.

Direktur Utama Mandiri Utama Finance (MUF) Stanley Setia Atmadja meyakini produk dana tunai di multifinance tetap memiliki peluang yang baik di tahun depan. Hal ini merujuk pada besarnya pasar dan kebutuhan pinjaman dana tunai di masyarakat saat ini.


Selain itu, ia melihat  produk dana tunai multifinance memiliki keunggulan dibanding produk fintech lending dari sisi bunga dan akses langsung ke masyarakat. Di MUF sendiri, bunga yang ditawarkan mulai dari 0,9% per bulan. 

“Pastinya multifinance juga terus berinovasi untuk mengejar ketertinggalan dari fintech dalam hal digitalisasi, sehingga dana tunai yang ditawarkan oleh multifinance sejatinya juga sudah mulai menggunakan saluran penjualan dan akuisisi yang digunakan oleh fintech,” ujar Stanley.

Baca Juga: Sepanjang Tahun Ini, Akulaku Finance Telah Berkolaborasi dengan Tujuh BPR

Sependapat, Direktur Utama Clipan Finance Harjanto Tjitohardjojo juga mengatakan potensi produk dana tunai masih cukup besar di industri ini. Mengingat, dana tunai multifinance dengan agunan kendaraan bermotor bisa cair kurang lebih Rp 75 juta.

“Saat ini Fintech masih tanpa agunan dengan pinjaman rata-rata sekitar Rp 5 juta. Jika fintech non agunan bisa sampai Rp 50 juta, itu akan memakan market dana tunai multifinance,” ujar Harjanto.

Adapun, saat ini Harjanto mengakui bahwa kontribusi pinjaman dana tunai yang sekitar Rp 30 miliar per bulan masih kecil di kisaran 7,5% dari total pembiayaan yang mencapai Rp 400 miliar per bulan. Namun, di November ini capaiannya di atas rata-rata yaitu Rp 45 miliar.

“Rata-rata tahun ini meningkat dari tahun lalu karena penyaluran dana tunai di masa pandemi 2020 agak ditahan karena risiko lagi tinggi. Rata-rata dana tunai 2020 Rp 21,4 miliar,” imbuh Harjanto.

Harjanto optimistis di tahun depan, rata-rata penyaluran pinjaman dana tunai bisa naik menjadi Rp 50 miliar per bulan dengan bunga yang ditawarkan mulai dari 0,7% per bulan. Hal tersebut dibarengi dengan rencana pembuatan aplikasi untuk dana tunai dengan total budget belanja modal tahun depan mencapai Rp 20 miliar.

Sementara itu, Presiden Direktur CIMB Niaga Finance (CNAF) Ristiawan Suherman mengatakan di CNAF sedikit membatasi pembiayaan dana tunai. Bukan tanpa alasan, tingkat risiko yang cenderung sedikit lebih tinggi daripada pembiayaan kendaraan membuat produk dana tunai ditawarkan terbatas hanya ke nasabah eksisting CNAF atau nasabah eksisting induk usaha.

Baca Juga: Multifinance Anggarkan Capex 2022 Kembangkan Platform Digital

Sekadar informasi, hingga bulan November 2021, peningkatan realisasi kredit produk dana tunai CNAF melesat lebih dari 4 kali lipat dari realisasi kredit tahun 2020 diperiode yang sama. Adapun nilainya dari Rp 346 miliar tumbuh menjadi Rp 1,4 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi