Permintaan Batubara Berpotensi Naik di Semester II, Simak Prospek Indika Energy (NDY)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indika Energy Tbk (INDY) secara bertahap akan meninggalkan bisnis batubara. Perusahaan ini tengah memperluas bisnisnya pada pertambangan mineral, seperti emas dan bauksit hingga energi hijau. Sektor batubara dan non-batubara didorong berkontribusi 50:50 setidaknya di tahun 2025. 

Head of Research Investasiku Cheril Tanuwijaya menilai, target INDY tersebut lumayan ambisius, mengingat pertumbuhan bisnis non-batubara tidak naik signifikan.  Cheril mencatat, pendapatan bisnis non-batubara pada semester 1 2022 hanya naik 9,7% year on year (yoy) dan pada semester I 2023 meningkat 10,4% yoy. 

"Menurut saya, perlu rencana dan langkah relevan untuk bisa mencapai target tersebut, mengingat tahun 2023 juga sudah tersisa beberapa bulan," kata Cheril saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (20/9). 


Dalam jangka menengah hingga panjang, sentimen positif untuk INDY adalah diterapkannya bursa karbon pada akhir September 2023. Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah terhadap green economy yang pada akhirnya akan memberi efek positif bagi bisnis INDY. 

Baca Juga: Bisnis Motor Listrik Diharapkan Berdampak Signifikan Bagi Indika Energy (INDY)

Di sisi lain, Cheril memperkirakan akan ada peningkatan permintaan batubara pada semester 2 2023 sehingga bisa meredam penurunan di semester I 2023. Namun, tahun ini juga tarif royalti naik per Januari 2023. 

Dengan melihat sentimen tersebut, Cheril memprediksi top line maupun bottom line INDY turun sekitar 10%-15% untuk tahun 2023 ini. Pada tahun 2022, INDY membukukan pendapatan sebesar US$ 1,67 miliar dengan laba bersih sebesar US$ 200,55 juta. 

Dalam riset tanggal 16 Agustus 2023, Analis Sinarmas Sekuritas Axel Leonardo mengatakan, INDY menunjukkan kemajuan dalam mencapai target jangka menengahnya. Pada 2025, INDY menargetkan 50% pendapatannya berasal dari penambangan batubara dan sisanya diperkirakan berasal dari kendaraan listrik alias electric vehicle (EV). 

Pada mulanya, perusahaan menunjukkan kemajuan yang mengesankan pada tahun 2019 dengan hanya menghasilkan 70% pendapatan dari batubara. Namun, proporsi ini meningkat hingga hampir mencapai angka 90% pada tahun 2022 karena didorong oleh lonjakan harga batubara yang signifikan.  

Kemudian, selama kuartal II-2023, terjadi pergeseran karena pendapatan perusahaan dari batubara anjlok hingga 86% yang menandai pembalikan tren sebelumnya. 

"Kami mengantisipasi tren ini, didukung oleh penurunan produksi Kideco dalam beberapa tahun terakhir dan tren penurunan harga batubara," ucap Axel. 

Pada kuartal II-2023, INDY mencatatkan volume produksi batubara sebanyak 7,8 juta ton atau turun 13% secara yoy dari kuartal II-2022 yang sebesar 9 juta ton. Produksi tersebut terdiri dari produksi Kideco sebanyak 7,4 juta ton dan MUTU 0,4 juta ton.

Penurunan produksi ini terutama disebabkan oleh penurunan target tahunan Kideco sebesar 11% yoy.  "Selain itu, cuaca yang kurang mendukung dan kendala pada alat  berat di kalangan kontraktor juga berkontribusi terhadap situasi ini," kata Axel.

Secara kumulatif, INDY berhasil memproduksi batubara sebesar 15,0 juta ton pada tahun semester 1 2023, yang setara 46% dari target perusahaan dan estimasi Sinarmas Sekuritas. 

Sejalan dengan penurunan volume produksi batubara, volume penjualan batubara INDY tergerus 31% yoy menjadi 8,7 juta ton pada kuartal II-2023. Pada kuartal II tahun 2022, volume penjualan batubara INDY mencapai 12,6 juta ton. 

Untungnya, meski harga batubara global turun 56% yoy pada kuartal kedua tahun ini, INDY berhasil mempertahankan blended average selling revenue (ASP) yang hanya mengalami penurunan sebesar 4% yoy. Hal ini dapat dikaitkan dengan tingginya eksposur perusahaan terhadap batubara dengan nilai kalori (CV) yang lebih rendah.

Baca Juga: Indika Energy (INDY) Lebarkan Bisnis di Luar Sektor Batubara

Untuk semester 2 2023, Axel memperkirakan kerugian yang terbatas bagi INDY. Menurutnya, INDY akan meningkatkan produksi batubara pada paruh kedua 2023 untuk mencapai target tahunan yang ditopang oleh cuaca yang mendukung.

Meskipun begitu, realisasi hingga semester 1 2023 tersebut membuat Axel menurunkan prediksi kinerja INDY tahun 2023. Proyeksi pendapatan INDY untuk setahun penuh 2023 diturunkan menjadi US$ 3,56 miliar dari US$ 3,66 miliar dengan laba bersih diturunkan US$ 229 juta dari US$ 274 juta. 

Cheril merekomendasikan hold INDY dengan target harga Rp 2.350 per saham. Sementara Axel merekomendasikan netral INDY dengan target harga Rp 2.100 per saham. Pada perdagangan Rabu (20/9), harga INDY terkoreksi 0,44% ke Rp 2.240 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi