Permintaan biodiesel dalam negeri turun, Aprobi jajaki peluang ekspor



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) mencatat permintaan biodiesel di dalam negeri mulai turun. Pada bulan Maret 2020 lalu , permintaan biodiesel turun sekitar 16% dan di bulan April diprediksi lebih tinggi lagi.

Ketua Harian Aprobi Paulus Tjakrawan mengatakan, target produksi (fatty acid methyl ester/FAME) tahun ini sebesar 9,6 juta kiloliter atau rata-rata 800.000 kiloliter per bulan.

"Nah sekarang penyaluran biodiesel ini agak turun, namun susah memperkirakan angka penurunnya karena sulit memprediksi kapan covid-19 ini reda," ujar Paulus, Sabtu (25/4).


Baca Juga: Aprobi jalin kerjasama dengan Polda Metro Jaya salurkan 1.000 nasi kotak per hari

Untuk mengatasi penurunan permintaan biodiesel, Paulus mengatakan, pihaknya tengah mengupayakan kembali mengekspor biodiesel ke luar negeri. Saat ini, Indonesia tidak mengekspor biodiesel karena semua produksinya terserap di pasar lokal.

Namun saat masa sulit seperti saat ini, merebut devisa merupakan salah satu kebutuhan pemerintah. Untuk itu, Aprobi memandang bisa berkontribusi menambah devisa dalam negeri bila dapat mengekspor kembali, sisa atau produksi biodisel yang tidak terserap di dalam negeri.

Paulus menuturkan, Eropa, dan China masih menjadi pasar yang menjanjikan untuk Aprobi. Ia juga mengatakan, penurunan harga minyak dunia tidak berdampak pada harga biodiesel.

Baca Juga: Permintaan Etanol Terdongkrak Hand Sanitizer

"Sebenarnya untuk ekspor itu produsen biodisel lebih mahal rata-rata US$ 40 per ton,  bila mengacu harga Februari 2020 kemarin," ujarnya.

Paulus berharap ekspor biodiesel ini dapat segera direalisasikan di tengah penurunan permintaan dalam negeri, dan dalam rangka menambah devisa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli