Kelapa sawit memang layak disebut tanaman emas. Tak hanya buahnya yang bisa diolah menjadi minyak sawit. Tandan dan cangkangnya pun laris dijual. Cangkang atau batok kelapa sawit kerap dimanfaatkan oleh industri untuk bahan bakar berupa arang. Tak heran jika banyak pemodal yang tergiur terjun ke bisnis cangkang kelapa sawit. Salah satunya CV Abadi Jaya di Palembang, Sumatera Selatan. Menurut William Fernando, Direktur CV Abadi Jaya, banyak keunggulan yang dimiliki cangkang kelapa sawit. Di antaranya, asap pembakaran tak menghitam seperti memakai batubara. Dengan kata lain, asap pembakarannya minim polusi. Panas yang lama juga menjadi pertimbangan industri menggunakan bahan ini. "Asapnya juga wangi," imbuh William.Pemain lain di bisnis ini adalah CV Subur Gemilang di Sidoarjo, Jawa Timur. Budi, Staf Pemasaran Subur Gemilang, bilang, selain buat pembakaran, cangkang sawit juga bisa digunakan sebagai media tanam. Keunggulan lain cangkang sawit: harganya yang tergolong tidak mahal. William bilang, harga cangkang sawit di Jakarta berkisar Rp 500-Rp 600 per kilogram (kg). "Tapi, harga di setiap tempat bisa berbeda-beda," katanya. Perbedaan harga itu, lanjut dia, juga dipengaruhi oleh kualitas cangkang. Semakin tebal kulit cangkang, semakin mahal pula harganya. Menurut William, biasanya cangkang yang baik berasal dari kulit kelapa sawit yang kualitasnya tak bagus. Namun, sebenarnya perbedaan kualitas ini tak membuat selisih harganya besar, hanya Rp 30 sampai Rp 50 per kg. Abadi Jaya mendapatkan pasokan cangkang dari tiga pabrik sawit di Sumatra Selatan. Tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu, cangkang kelapa sawit ini lalu dilempar ke pembeli di berbagai daerah. Menurut William, pasar Jakarta mampu menyerap 70%-80% dari total penjualan perusahaannya. Sebagian besar pelanggan Abadi Jaya merupakan industri besar yang bergerak di bisnis beton atau pakan ternak. William mengaku, perusahaannya bisa menjual 500-800 ton cangkang dalam sebulan. Dengan penjualan sebanyak itu, omzetnya berkisar Rp 250 juta-Rp 400 juta per bulan.Selama ini, Abadi Jaya baru memasarkan produknya di dalam negeri. Ada juga permintaan dari Korea Selatan dan China. Tapi, minimnya pasokan membuat Abadi Jaya belum bisa memenuhi permintaan itu. Keluhan senada dilontarkan Budi. Dia bilang, dalam tiga bulan terakhir perusahaannya belum memenuhi pesanan pelanggan akibat sepinya pasokan bahan dari pabrik sawit. "Mungkin pabrik memakai sendiri cangkang itu," katanya. Kondisi itu bertolak belakang dengan masa kejayaan bisnis Subur Gemilang pada tahun 2005. Ketika itu, menurut Budi, bisnis perusahaannya berjalan sangat lancar. Selain karena pamor cangkang sawit sedang naik daun, pasokannya pun berlimpah. Dengan harga jual sekitar Rp 480 kg, Subur Gemilang bisa mengirim hingga 20.000 ton cangkang sawit ke Thailand. Mau tahu omzetnya? Sekitar Rp 9,6 miliar per bulan. Menurut William, kendati pasokannya seret, bisnis cangkang sawit masih tetap prospektif. "Kuncinya, harus pandai-pandai menjalin kerjasama dengan perusahaan kelapa sawit agar selalu mendapatkan pasokan," ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Permintaan cangkang kelapa sawit cukup besar
Kelapa sawit memang layak disebut tanaman emas. Tak hanya buahnya yang bisa diolah menjadi minyak sawit. Tandan dan cangkangnya pun laris dijual. Cangkang atau batok kelapa sawit kerap dimanfaatkan oleh industri untuk bahan bakar berupa arang. Tak heran jika banyak pemodal yang tergiur terjun ke bisnis cangkang kelapa sawit. Salah satunya CV Abadi Jaya di Palembang, Sumatera Selatan. Menurut William Fernando, Direktur CV Abadi Jaya, banyak keunggulan yang dimiliki cangkang kelapa sawit. Di antaranya, asap pembakaran tak menghitam seperti memakai batubara. Dengan kata lain, asap pembakarannya minim polusi. Panas yang lama juga menjadi pertimbangan industri menggunakan bahan ini. "Asapnya juga wangi," imbuh William.Pemain lain di bisnis ini adalah CV Subur Gemilang di Sidoarjo, Jawa Timur. Budi, Staf Pemasaran Subur Gemilang, bilang, selain buat pembakaran, cangkang sawit juga bisa digunakan sebagai media tanam. Keunggulan lain cangkang sawit: harganya yang tergolong tidak mahal. William bilang, harga cangkang sawit di Jakarta berkisar Rp 500-Rp 600 per kilogram (kg). "Tapi, harga di setiap tempat bisa berbeda-beda," katanya. Perbedaan harga itu, lanjut dia, juga dipengaruhi oleh kualitas cangkang. Semakin tebal kulit cangkang, semakin mahal pula harganya. Menurut William, biasanya cangkang yang baik berasal dari kulit kelapa sawit yang kualitasnya tak bagus. Namun, sebenarnya perbedaan kualitas ini tak membuat selisih harganya besar, hanya Rp 30 sampai Rp 50 per kg. Abadi Jaya mendapatkan pasokan cangkang dari tiga pabrik sawit di Sumatra Selatan. Tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu, cangkang kelapa sawit ini lalu dilempar ke pembeli di berbagai daerah. Menurut William, pasar Jakarta mampu menyerap 70%-80% dari total penjualan perusahaannya. Sebagian besar pelanggan Abadi Jaya merupakan industri besar yang bergerak di bisnis beton atau pakan ternak. William mengaku, perusahaannya bisa menjual 500-800 ton cangkang dalam sebulan. Dengan penjualan sebanyak itu, omzetnya berkisar Rp 250 juta-Rp 400 juta per bulan.Selama ini, Abadi Jaya baru memasarkan produknya di dalam negeri. Ada juga permintaan dari Korea Selatan dan China. Tapi, minimnya pasokan membuat Abadi Jaya belum bisa memenuhi permintaan itu. Keluhan senada dilontarkan Budi. Dia bilang, dalam tiga bulan terakhir perusahaannya belum memenuhi pesanan pelanggan akibat sepinya pasokan bahan dari pabrik sawit. "Mungkin pabrik memakai sendiri cangkang itu," katanya. Kondisi itu bertolak belakang dengan masa kejayaan bisnis Subur Gemilang pada tahun 2005. Ketika itu, menurut Budi, bisnis perusahaannya berjalan sangat lancar. Selain karena pamor cangkang sawit sedang naik daun, pasokannya pun berlimpah. Dengan harga jual sekitar Rp 480 kg, Subur Gemilang bisa mengirim hingga 20.000 ton cangkang sawit ke Thailand. Mau tahu omzetnya? Sekitar Rp 9,6 miliar per bulan. Menurut William, kendati pasokannya seret, bisnis cangkang sawit masih tetap prospektif. "Kuncinya, harus pandai-pandai menjalin kerjasama dengan perusahaan kelapa sawit agar selalu mendapatkan pasokan," ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News