Permintaan CPO diprediksi akan meningkat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah Malaysia menangguhkan penarikan pajak ekspor bagi Crude Palm Oil (CPO) dinilai akan menurunkan harga. Hal tersebut akan membuat permintaan CPO terkerek naik.

Permintaan masyarakat saat ini tinggi akan minyak nabati. Meski begitu CPO harus bersaing dengan minyak nabati lainnya seperti kedelai dan bunga matahari di pasar global.

Harga murah dari CPO akan dapat membuat negara konsumen beralih menggunakan CPO. Hal itu akan membuat minyak nabati lain kesulitan.


"Harga murah akan membuat negara tujuan ekspor akan tertarik membeli CPO," ujar Direktur Eksekutif Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Iskandar Andi Nuhung, kepada KONTAN, Selasa (9/1).

Meski begitu Iskandar bilang produktivitas sawit Indonesia masih lebih rendah bila dibandingkan dengan Malaysia. Produktivitas tersebut berpengaruh pada biaya produksi yang semakin tinggi.

Oleh karena itu Indonesia harus meningkatkan produktivitas agar harga CPO dapat bersaing. Selain itu Iskandar beranggapan bahwa perlu juga dikembangkan industri hilir.

"Indonesia juga perlu mengembangkan industri hilir bagi pengolahan CPO seperti penerapan biofuel," jelasnya.

Pengembangan industri hilir akan menurunkan ketergantungan ekspor CPO. Mengingat produksi CPO yang tidak dapat ditahan diperlukan serapan domestik yang besar.

Saat ini penerapan kebijakan Malaysia yang menangguhkan pajak ekspor dianggap tidak mengganggu sejumlah industri. Besarnya pasar domestik dinilai masih dimanfaatkan oleh industri.

Salah satunya adalah PT Astra Agro Lestari Tbk. Emiten berkode saham AALI ini mengalokasikan 95% dari produksinya untuk penjualan domestik.

"95% CPO AALI terserap di pasar domestik, jadi tidak akan berpengaruh apapun," terang Head of Public Relation AALI, Tofan Mahdi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto