Permintaan CPO tinggi meski diterpa kampanye hitam



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan minyak sawit terus tumbuh. Meski terus diterpa kampanye hitam untuk minyak sawit dalam negeri.

"Minyak sawit tidak tergantung pendapatan, minyak nabati suatu kebutuhan yang tidak dapat dihindari," jelas Ketua Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga kepada KONTAN, Minggu (12/11).

Pertumbuhan Crude Palm Oil (CPO) tiap tahunnya mencapai 3%. Sahat bilang banyak kampanye negatif dari Eropa dan Amerika, negara lain masih membutuhkan minyak sawit.


Pasar domestik dalam negeri pun terus berkembang. Saat ini juga Indonesia menerapkan penggunaan biodiesel mencapai 20%. "Tidak perlu khawatir terhadap kampanye negatif," Sahat menjelaskan.

Meski begitu kampanye negatif dinilai tetap harus dilawan oleh pemerintah Indonesia. Kampanye negatif tersebut diakui dilakukan oleh pihak Eropa akibat melindungi petani Eropa.

Pendapatan industri CPO terus naik hingga kuartal 3. Kampanye hitam dari berbagai negara tujuan ekspor tidak membuat penjualan lesu.

PT Astra Agro Lestari Tbk merupakan salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit yang penjualannya meningkat hingga kuartal 3.

Program peningkatan produktivitas yang direncanakan diakui berjalan dengan baik. Hak tersebut diakui akan meningkatkan produksi hingga akhir tahun.

Penjualan emitan berkode AALI ini juga tidak terpengaruh oleh isu global. Hak tersebut dikarenakan pasar penjualan AALI berada pada dalam negeri.

"Pasar CPO AALI masih di dalam negeri, untuk refined product memang ekspor ke beberapa negara," ujar Head of Public Relation AALI, Tofan Mahdi.

Pendapatan bersih AALI hingga kuartal 3 tahun 2017 naik dibandingkan tahun lalu. Pendapatan bersih AALI periode Januari hingga September 2017 sebesar Rp 12,49 triliun.

Sementara pada periode yang sama tahun 2016, AALI mencatatkan pendapatan sebesar Rp 9,58 triliun.

Secara penjualan, pasar dalam negeri masih sebagian kecil dari penjualan CPO. "Kalau bicara industri sawit nasional, dari 36 juta ton yang diproduksi Indonesia, 25 juta ton terserap di pasar ekspor," terang Tofan.

Selain AALI sejumlah industri CPO juga mengalami kenaikan penjualan. PT PP London Sumatra Indonesia Tbk, mengaku kenaikan harga dan produksi CPO mengerek pendapatan emiten berkode LSIP ini.

"Kenaikan pendapatan terutama karena kenaikan produksi dan kenaikan harga jual untuk CPO dan inti sawit," ujar Direktur Utama LSIP, Benny Tjoeng.

Berdasarkan laporan keuangan periode Januari hingga September 2017, LSIP mencatatkan pendapatan sebesar Rp 3,57 triliun. Angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada periode yang sama tahun 2016, LSIP mencatatkan pendapatan sebesar Rp 2,61 triliun.

PT Gozco Plantations Tbk turut mencatatkan pertumbuhan pada penjualan. Berdasarkan laporan keuangan periode Januari hingga September 2017, emiten berkode GZCO ini mencatatkan kenaikan penjualan.

Penjualan bersih pada Januari hingga September 2017 sebesar Rp 426,07 miliar. Sementara untuk periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp 282,95 miliar.

Berdasarkan keterangan dalam situs resmi GZCO, konsumsi domestik CPO Indonesia terus meningkat. Selain itu permintaan pasar non tradisional juga ikut tumbuh. Hal tersebut membuat tren harga CPO semakin baik. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto