Permintaan dari China Menurun, Konsumsi Minyak Global Merosot Dalam



KONTAN.CO.ID - PARIS. Pertumbuhan permintaan minyak global melambat tajam karena ekonomi China yang melambat. Efeknya, harga minyak berada di level terendah dalam tiga tahun. 

Badan Energi Internasional alias International Energy Agency (IEA) memaparkan konsumsi minyak dunia meningkat 800.000 barel per hari pada paruh pertama tahun ini. Ini hanya sepertiga dari pertumbuhan konsumsi pada periode sama tahun 2023. Ini adalah tingkat terendah sejak permintaan minyak anjlok selama pandemi 2020.

"Pertumbuhan ekonomi China melambat dan penetrasi sistem transportasi lewat mobil listrik berjalan dengan sangat cepat," jelas Fatih Birol, direktur eksekutif IEA dikutip Bloomberg.


Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik 1% Kamis (12/9), Brent ke US$71,62 dan WTI ke US$68,31

Harga minyak anjlok di bawah US$ 70 per barel di London pada hari Rabu (11/9) untuk pertama kalinya sejak akhir tahun 2021. Ini karena kekhawatiran atas data ekonomi China dan AS, dua konsumen minyak terbesar dunia. Gangguan besar pada produksi Libya dan pembatasan pasokan yang berkepanjangan oleh aliansi OPEC+ tidak banyak membantu menghentikan penurunan tersebut.

Prospeknya bahkan lebih lemah untuk tahun depan, ketika akan ada surplus setiap kuartal bahkan jika OPEC+, yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia, membatalkan rencana untuk mulai memulihkan pasokan yang terhenti secara bertahap.

IEA telah memperkirakan, permintaan minyak global akan melambat sebelum akhir dekade ini. "Perlambatan saat ini menegaskan kembali ekspektasi IEA bahwa puncak mungkin akan datang," kata Birol.

Permintaan China berkontraksi pada Juli dan telah terjadi selama empat bulan berturut-turut. "Penggunaan bahan bakar di tempat lain pun suam-suam kuku," kata laporan itu. Impor minyak China telah menyusut ke level terendah dalam hampir dua tahun di tengah perlambatan ekonomi yang ditandai kepercayaan konsumen yang melemah.

Pada Juli 2024, konsumsi China turun 280.000 barel per hari, dibandingkan periode sama tahun lalu yang naik 1 juta per hari. Tahun ini secara keseluruhan konsumsi hanya akan meningkat 180.000 barel per hari.

Baca Juga: Pengetatan Pengguna BBM Subsidi Mulai 1 Oktober? Ini Penjelasan Bahlil

IEA mempertahankan prakiraan permintaan minyak global secara umum tidak berubah. IEA memproyeksikan pertumbuhan permintaan akan sebesar 900.000 barel per hari untuk tahun ini dan 950.000 barel per hari pada tahun 2025, atau kurang dari 1%. Itu lebih rendah daripada banyak peramal lainnya, seperti JPMorgan Chase & Co. dan Citigroup Inc yang memperkirakan pertumbuhan pada tahun 2024 masing-masing sebesar 1,3 juta dan 1,5 juta.

Namun penilaian suram IEA terhadap konsumsi China dianut secara luas. "Konsumsi bensin China mungkin berhenti tumbuh tahun ini atau tahun depan karena armada kendaraannya perlahan beralih ke kendaraan listrik," kata Russell Hardy, kepala eksekutif raksasa perdagangan Vitol Group, minggu ini.

Permintaan yang melemah menghadirkan tantangan bagi Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya. Kelompok yang beranggotakan 23 negara ini berencana menghidupkan kembali produksi yang menganggur sebesar 2,2 juta barel per hari dengan tahap awal bulan depan, tetapi telah memilih untuk menghentikan kenaikan pertama hingga Desember. Namun hal itu tidak akan mencegah munculnya kelebihan pasokan.

Pasalnya produksi non-OPEC+ justru meningkat sebesar 1,5 juta barel per hari tahun ini dan tahun depan, melebihi pertumbuhan permintaan minyak dunia lebih dari 50%, menurut IEA. Kenaikan itu berasal dari produksi dari AS, Brasil, Kanada, dan Guyana.

"Dengan pasokan non-OPEC+ yang meningkat lebih cepat daripada permintaan keseluruhan, mungkin surplus masih akan terjadi," kata IEA.

Baca Juga: Daya Beli Masyarakat Sedang Turun, Pembatasan Subsidi BBM Dinilai Kurang Tepat

Editor: Avanty Nurdiana